Sejarah Kamus Bahasa Minangkabau

Suluah.com – Kamus Bahasa Minangkabau paling anyar adalah terbitan Balai Bahasa Sumatra Barat (Sumbar) edisi ketiga pada 2021. Kamus ini merupakan kelanjutan edisi pertama (2009) dan edisi kedua (2012).

Dalam sejarahnya, upaya menyusun Kamus Bahasa Minangkabau baik ke dalam bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya telah berlangsung sejak masa pemerintah kolonial Belanda.

Kamus Bahasa Minangkabau Pertama

Kamus pertama yang tercatat berjudul Minangkabausch Maleisch Nederlandsch Woordenboek (1891). Penulisnya adalah J. L. van der Toorn, pimpinan Kweekschool atau Sekolah Raja di Bukittinggi.

Kamus J. L. van der Toorn menampilkan entri berbahasa Minangkabau, ejaan dalam bahasa Melayu dengan abjad Arab, dan defenisi entri menggunakan bahasa Belanda dengan huruf Latin.

Pada 1935, M. Thaib Sutan Pamuncak, seorang guru, menyusun Kamoes Bahasa Minangkabau-Bahasa Melajoe Riau. Kamus ini merupakan cetakan Balai Pustaka dan masih menggunakan ejaan Van Ophuijsen.

Setelah itu, untuk beberapa lama tidak ada versi baru kamus Bahasa Minangkabau yang muncul, kecuali Kamus Kecil Bahasa Minangkabau: Indonesia–Minang, Minang–Indonesia (1983) terbitan Yunus St. Majalelo, seorang penulis cerita anak.

Kamus Terbitan Akademisi dan Pemerintah

Dari pihak akademisi dan pemerintah, upaya menyusun kamus Bahasa Minangkabau dimulai oleh Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang, yang berikutnya disunting dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dengan judul Kamus Minang–Indonesia (1985).

Di daftar nama penulis, terdapat Marah Rusmali, Amir Hakim Usman, Syahwin Nikelas, Nurzuir Husin, Busri, Agusli Lana, M. Yamin, Isna Sulastri, dan Irfani Basri.

Berikutnya, Khaidir Anwar, seorang ahli sosiolinguistik Universitas Andalas (Unand), menghadirkan dua kamus kecil, berjudul Kata-kata Khusus Minangkabau (1987) dan Kolokasi dan Ungkapan Bahasa Minang (1988).

Pada 1994, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kembali meluncurkan kamus Bahasa Minangkabau, tetapi dalam dua jilid terpisah, dengan judul Kamus Bahasa Indonesia–Bahasa Minangkabau (volume 1 berisi alfabet AK, sedangkan volumen 2 berisi alfabet LZ).

Kamus Terbitan Luar Negeri dan Lainnya

Upaya menyusun kamus bahasa Minangkabau juga dilakukan oleh kalangan dari luar negeri, yakni Gérard Moussay dengan kamusnya yang berjudul Dictionnaire Minangkabau-Indonesien-Francais (1996).

Gérard Moussay adalah seorang pastur dan misionaris Katolik yang pernah menjalankan misi di Sumbar. Kamusnya juga memuat toponim nagari dan kampung yang ada di Minangkabau.

Mengawali dekade 2000-an, muncul Kamus Umum Bahasa Minangkabau–Indonesia (2002) yang disusun oleh Abdul Kadir Usman, disusul Kamus Lengkap Bahasa Minang (2004) dalam dua edisi (Minangkabau–Indonesia dan Indonesia–Minang) terbitan Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. [den]

Baca Juga

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.
Sejarah FK Unand, Berdiri Sejak 1955
Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang dibangun pada masa kolonial Belanda
Hotel Centrum Bukittinggi, Pernah Dibumihanguskan, Kini Sengketa Lahan
INS Kayutanam mengalami masa krisis berupa terhentinya proses belajar mengajar selama periode pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan di Indonesia
Sejarah INS Kayutanam (3): Sempat Vakum Hingga Dibumihanguskan
Masjid Jamik Sungai Jariang terletak di Jorong Sungai Jariang, Nagari Koto Panjang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Masjid Jamik Sungai Jariang Berusia Seabad Berkubah Kuning Cemerlang
NV Kedjora adalah percetakan dan penerbit terkenal di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar) yang berdiri pada 17 September 1952
Sejarah NV Kedjora, Percetakan dan Penerbit Terkenal di Bukittinggi