Suluah.com – Masyarakat Nagari Sulit Air di Kabupaten Solok, Sumatra Barat (Sumbar) tengah menanti selesainya pembangunan masjid kebanggaan mereka, Masjid Raya Sulit Air. Masjid ini mulai dibangun kembali pada tahun 2020.
Dalam sejarahnya, masjid ini sudah mengalami dua kali perombakan besar-besaran. Perombakan sebelumnya terjadi pada tahun 1974.
Sejarah Masjid Raya Sulit Air
Masjid Besar Sulit Air, demikian nama masjid ini semula, berdiri pada tahun 1911. Menurut penelusuran A. Malin Batuah dalam kanal Nagari Berkemajuan di Youtube, tokoh yang menggagas pembangunannya kala itu adalah H. Suleiman Al-Khalidi.
Bangunannya masjid lama memiliki tujuh kubah. Hal itu tampak pada dokumentasi majalah Gema Islam No. 3 Tahun 1 edisi 15 Ferbuari 1962.
Meski demikian, tidak diketahui apakah Masjid Besar Sulit Air merupakan masjid yang pertama di Nagari Sulit Air. Hal itu lantaran Nagari Sulit Air sendiri sudah berdiri jauh sebelumnya.
Di Minangkabau, syarat berdirinya sebuah nagari di Minangkabau salah satunya adalah memiliki masjid. Jika mengacu pada hal tersebut, kesimpulannya sudah ada masjid terdahulu di Nagari Sulit Air.
Kesimpulan tersebut didukung pula oleh keterangan Rozali Usman dan Hamdullah Salim, keduanya tokoh masyarakat Sulit Air, yang menulis ulang tambo Asal-Usul Negeri dan Persukuan Sulit Air sebagai lampiran dalam Sekelumit Bakti Buat Tanah Tumpah Darah Sulit Air Tercinta.
Disebutkan, dulunya terdapat masjid terdahulu di Jorong Koto Tuo, sekitar 1 km jaraknya. Masjid itu awalnya berupa surau yang dikenal sebagai Surau Balai-Balai karena letaknya berdekatan dengan Balairung Sari.
Sayangnya, masjid lama tersebut sudah tidak lagi meninggalkan bekas dan kini menjadi Masjid Darul Muttaqin yang sama sekali baru.
Masih menurut catatan tambo, Jorong Koto Tuo merupakan pusat nagari Sulit Air dulunya. Namun, seiring bertambahnya populasi penduduk, pusat nagari dipindahkan ke tempat yang lebih luas, yakni Koto Gadang.
Adapun masid baru dipindahkan ke Jorong Silungkang, tempat Masjid Raya Sulit Air berdiri sekarang.
Perombakan Pertama 1975
Pada Januari 1975, Masjid Raya Sulit Air mengalami perombakan untuk pertama kali. Bangunannya memiliki denah berukuran 20 x 20 meter dan menara setinggi 20 meter. Donatur pembangunannya adalah pasangan suami istri, Rozali dan Rosma.
Pembangunan masjid berlangsung selama selama setahun dan menelan biaya Rp110.000.000. Gubernur Sumbar Harun Zain hadir meresmikannya pada 26 Februari 1976.
Saat itu, Masjid Raya Sulit Air menjadi salah satu masjid terindah yang ada di Sumbar. Hal itu tampak dari kutipan Majalah Panji Masyarakat pada 1988. "Ini masjid pertama paling indah, bahkan sampai sekarang di Sumbar," tulis redaksi majalah tersebut.
Keindahan bentuk Masjid Raya Sulit menginspirasi desain beberapa masjid lain di Sumbar, seperti Masjid Raya Bukik Sileh dan Masjid Jihad Koto Hilalang, Lambah.
Pembangunan Kembali
Sejak tahun 1976, Masjid Raya Sulit Air nyaris tidak mengalami perubahan berarti, kecuali pada bagian kubah. Hingga akhirnya pada 2020, masyarakat Sulit Air sepakat membangun ulang masjid mereka.
Gagasan pembangunan ulang Masjid Raya Sulit Air datang dari keluarga almarhum Marjohan Yamin. Bangunan masjid baru terdiri dari dua lantai dan rencananya dilengkapi perpustakaan dan gedung pertemuan. Perkiraan biayanya sebesar Rp15 milyar.
Baca juga: Masjid Jamik Tarok, Salah Satu yang Tertua di Bukittinggi
Pembongkaran masjid berlangsung pada 25 Februari 2020. Adapun peletakan batu pertama pembangunan ulang berlangsung pada 17 Maret 2020.
Selama pekerjaan pembangunan, kegiatan yang biasanya berlangsung di Masjid Raya Sulit Air dialihkan ke beberapa tempat. Di antaranya Masjid Ruhul Iman di Jorong Gando, dan Mushalla TK Rosma di dekat Kantor Wali Nagari Sulit Air. [den]