Suluah.com – Masjid Raya Cupak menjadi saksi perjuangan masyarakat Cupak mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Masjid ini pernah hancur akibat serangan pasukan Belanda selama masa revolusi fisik dari tahun 1945 sampai 1949.
Pada tahun 1952, Buya Hamka datang ke Nagari Cupak dan mengajak masyarakat bergotong-royong membangun kembali masjid yang hancur. Untuk mengenang perjuangan masyarakat Cupak, masjid ini dinamakan sebagai Masjid Asy-Syuhada. Berikut sejarahnya.
Sejarah
Di lokasi Masjid Raya Cupak berdiri sekarang, sebelumnya sudah terdapat masjid lama yang dibangun sekitar tahun 1880. Bangunannya memiliki ukuran 12 x 12 meter persegi dan ditopang sebanyak 36 tiang.
Material bangunan terbuat dari kayu, kecuali atap yang berbahan ijuk. Pada tahun 1920, atap ijuk berganti menjadi seng mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, dibangun pula beranda pada sekeliling bangunan.
Pada bagian depan atap beranda, terdapat bentuk melengkung seperti atap gerbong kereta api. Di tengahnya, rencananya akan didirikan sebuah gobah. Sayang rencana ini tidak dapat terealisasi karena pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia. Nagari Cupak tidak luput dari pendudukan Jepang.
Meski demikian, Masjid Raya Cupak yang lama tetap bertahan selama pendudukan Jepang hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945.
Hancur Akibat Perang
Masjid Raya Cupak menjadi saksi perjuangan masyarakat Cupak mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di sinilah para pejuang berkumpul dan berunding mengatur siasat perang dalam menghadapi pasukan Belanda dari tahun 1945 sampai 1949.
Akibatnya, Masjid Raya Cupak tidak luput dari aksi pengrusakan dan pengharncuran yang oleh tentara Belanda. Kebencian rakyat tidak tertahankan lagi terhadap Belanda karena masjid tempat mereka beribadah menjadi sasaran dan tembakan.
Masjid Raya Cupak mengalami kerusakan berat. Dindingnya berlobang-lobang akibat hantaman peluru tentara Belanda. Tidak sedikit dari rakyat yang ikut menjadi korban karena perlawanan yang mereka lakukan secara fisabilillah demi mempertahankan agama dan bangsa.
Peran Buya Hamka
Buya Hamka tiba di Nagari Cupak pada 5 Januari 1952. Masyarakat menyambut kedatangannya dengan suka cita. Buya Hamka seolah menjadi obat penawar atas penderitaan yang tengah mereka alami karena perang.
Setiba di Nagari Cupak, Buya Hamka berkeliling ke jorong-jorong dan menyaksikan banyak puing berserakan akibat perang. Setelah itu, ia datang ke Masjid Raya Cupak untuk berceramah. Rakyat banyak berkumpul di sekitar halaman masjid untuk mendengarkan ceramahnya.
"Saya berduka sekali melihat Nagari Cupak dibumihanguskan oleh Belanda. Saya mendengar ada sekitar 400-buah rumah dan gudang-gudang beras habis terbakar. Ini merupakan pengorbanan yang sangat besar sekali dari rakyat Cupak," ujar Buya Hamka.
"Kalau anak-anak atau suami dari ibu-ibu yang meninggal relakanlah karena mereka semua mati syahid, dan rumah-rumah ibu-ibu yang terbakar untuk sementara tinggal-lah di gubuk-gubuk terlebih dahulu," sambungnya.
Pembangunan
Setelah menyampaikan rasa prihatinnya, Buya Hamka mencoba mengobarkan semangat masyarakat Cupak.
"Jadi setelah kejadian ini yang pertama kita lakukan adalah dengan mendirikan sebuah masjid, karena di sanalah tempat kita untuk selalu dekat dan berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa," seru Hamka.
"Marilah kita ganti dulu masjid kita yang telah usang ini. Ikhlaskanlah niat, mari kita bangun sebuah masjid yang permanen sebagai monumen para pejuang yang telah gugur dalam perjuangan fisabilillah sebagai asy-syuhada," pungkas Hamka.
Pidato Buya Hamka tak hanya berhasil mengobati hati warga Cupak, tetapi juga membangkitkan semangat untuk membangun kembali masjid mereka yang sudah hancur.
Pada tahun 1952, pembangunan Masjid Raya Cupak dimulai. Sebagai bentuk dorongan moril, Buya Hamka dan Gubernur Sumatra Tengah Ruslan Mulyoharjo melakukan peletakan batu pertamanya pada 1 Februari 1952 .
Pengerjaan pembangunan memakan waktu cukup waktu lama, yakni sekitar 28 tahun. Total biaya pembangunan meliputi ratusan juta rupiah yang berasal dari masyarakat dan sumbangan beberapa tokoh, salah satunya yakni Ahmad Yunus Mokoginta.
Pembangunan Masjid Raya Cupak selesai pada tahun 1980. Peresmiannya bertepatan pada hari Minggu tanggal 7 Desember 1980, bersamaan dengan 29 Muharram 1401 Hijriyah.
Nama masjid ini saat peresmian yakni Masjid Raya Asy-Syuhada, Cupak. Buya Hamka yang saat itu sudah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut menandatangani prasasti peresmian bersama Gubernur Sumatra Barat Azwar Anas. [den]