Suluah.com – Surau Bulian terletak di Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat (Sumbar). Surau ini merupakan bekas stasiun radio Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang menghubungkan PDRI dengan dunia internasional.
Stasiun radio tersebut secara terus-menerus menyiarkan perkembangan PDRI di bawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara selama perjalanan gerilya di Sumbar. Berikut sejarahnya.
Sejarah Surau Bulian
Surau Bulian adalah salah satu surau pusat pendidikan agama Islam masyarakat Nagari Bidar Alam. Bangunannya terdiri dari dua tingkat dengan denah dasar berukuran 16 x 8 meter.
Usia surau ini diperkirakan sekitar 200 tahun dan sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai digunakan sebagai tempat Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA/TPQ) oleh masyarakat.
Awal Menjadi Stasion Radio PDRI
Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II. Ibu kota Republik Indonesia yang kala itu berada di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
Pada 22 Desember 1948, Sjafruddin Prawiranegara mengumumkan PDRI sebagai penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia terhitung sejak 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949.
Syafruddin Prawiranegara menjalankan roda pemerintahan PDRI berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari serangan Belanda. Salah satu tempat yang pernah menjadi basis PDRI adalah Nagari Bidar Alam. Nagari ini menjadi basis PDRI dari 7 Januari 1949 hingga 25 April 1949.
Untuk dapat berkomunikasi dengan dunia internasional, para pemimpin PDRI menggunakan stasiun radio milik AURI. Alat-alat stasiun radio tersebut dibawa dari Bukittinggi dan dioperasikan di Surau Bulian.
Beroperasi Pada Malam Hari
Stasiun radio di Surau Bulian memiliki alat pemancar tipe MK III 19 Set Helicraft Wireless berukuran 30 x 60 cm dan tinggi 20 cm. Tenaga penggerak listriknya berupa dua baterai accu masing-masing berkekuatan 12 volt
Untuk menjaga kerahasiaan, stasiun radio ini lebih sering beroperasi pada malam hari, dari pada pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB.
Melalui stasiun radio di Surau Bulian inilah para pemimpin PDRI terus menyiarkan kepada dunia internasional bahwa negara Indonesia masih berdiri. [den]