Suluah.com – Dokter Rahmatullah Muhajir adalah salah seorang pelopor agama Baha'i di Indonesia. Ia datang memperkenalkan agama Baha'i ke Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar) pada tahun 1954.
Muhajir berada di Mentawai selama empat tahun. Ia menginspirasi ribuan masyarakat pedalaman Mentawai untuk masuk Baha'i. Bagaimana kisahnya?
Profil Rahmatullah Muhajir
Rahmatullah Muhajir lahir di Abdu'l-'Azím, Persia (sekarang Iran) pada 4 April 1923. Ia merupakan generasi keempat Baha'i yang terkemuka.
Pada 1951, ia menikahi Iran Furútan, putri Ali-Akbar Furútan yang merupakan Anggota Majelis Rohani Nasional Iran. Pada 1954, ia pergi ke Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai untuk memperkenalkan Baha'i. Muhajir ikut membawa istrinya dan mereka tinggal di Siberut selama empat tahun, yakni hingga tahun 1958.
Sambil memperkenalkan Baha'i, Muhajir mengabdikan diri sebagai seorang medis sekaligus guru yang mengajari masyarakat pedalaman Mentawai membaca dan menulis.
Amanah Nurish, seorang antropolog agama dalam penelitiannya berjudul Resiliensi Komunitas Agama Baha'i di Masa Pandemi menulis, Muhajir banyak mengobati orang Mentawai yang mengalami berbagai macam penyakit, seperti kolera, demam berdarah, dan gizi buruk.
Melalui pendekatan yang ia lakukan tersebut, masyarakat pedalaman Mentawai menerima dan akhirnya memeluk agama Baha'i.
Selama di Mentawai, Muhajir juga terlibat dalam pendirian 12 sekolah Baháʼí serta 33 Majelis Rohani setempat.
Menginspirasi Ribuan Orang Masuk Baha'i
Hugh C. Adamson dalam Historical Dictionary of the Bahá’í Faith mencatat, ada 4.000 masyarakat Mentawai di Pulau Siberut yang memeluk Baha’i berkat Rahmatullah Muhajir.
Atas jasanya dalam penyebaran agama Baha'i, ia dinobatkan sebagai Ksatria Baháʼu'lláh oleh Imam Baha'i Shoghi Effendi pada Maret 1954.
Baca juga: Jejak Baha'i di Sumbar, Dulu Miliki Ribuan Penganut
Selanjutnya, Muhajir terpilih sebagai anggota Majelis Rohani Regional pada 1957. Pada Oktober tahun yang sama, Shoghi Effendi mengangkatnya sebagai Tangan Kepercayaan Tuhan, yakni individu pilihan yang bertugas menyebarluaskan ajaran Baha'i.
Pada 1958, Muhajir dan keluarganya meninggalkan Indonesia dan melakukan perjalanan ke komunitas Baha'i di banyak negara. Ia meninggal karena serangan jantung di Ekuador pada tahun 1979. [den]