Suluah.com – Masjid Jamik Birugo terletak di Jalan Sudirman, Kelurahan Birugo, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Bangunan masjid yang berdiri sekarang dibangun pada 1956. Meski begitu, masjid ini aslinya sudah berdiri pada 1917.
Masjid ini merupakan tempat berlangsungnya musyawarah para ulama Minangkabau yang melahirkan Majelis Ulama Sumatra Barat pada 1968, majelis ulama daerah pertama di Indonesia sebelum terbentuknya Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 26 Juli 1975.
Sejarah Masjid Jamik Birugo
Kota Bukittinggi dahulunya merupakan wilayah Nagari Kuria Limo Jorong. Sesuai namanya, nagari ini memiliki lima jorong, yakni Mandiangin, Koto Selayan, Tigo Baleh, Aur Birugo, dan Guguak Panjang.
Setiap jorong umumnya memiliki satu atau dua masjid jamik, pusat kegiatan hari besar Islam oleh masyarakat. Total, ada delapan masjid jamik di Nagari Kuria Limo Jorong. Salah satunya yakni Masjid Jamik Birugo di Jorong Aur Birugo atau sekarang bernama Kelurahan Birugo.
Bangunan Masjid Jamik Birugo yang ada sekarang dibangun pada 1956. Yang meletakkan batu pertamanya adalah Syekh Ibrahim Musa Parabek, ulama Minangkabau ternama yang mendirikan Sumatera Thawalib di Parabek.
Meski begitu, masjid ini sudah berdiri jauh sebelumnya. Masjid yang asli semula terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk. Namun, tidak ada data pasti kapan masjid terdahulu berdiri.
Meski begitu, terdapat pahatan angka 1335 di mimbar Masjid Jamik Birugo sekarang. Tahun itu menyiratkan waktu pembuatan mimbar menurut kalender Hijriah atau tahun 1917 menurut kalender Masehi. Jika mimbar masjid dibuat pada 1917, itu berarti masjidnya sudah berdiri saat itu atau mungkin jauh sebelumnya.
Tempat Lahirnya Majelis Ulama Indonesia
Berada di lokasi strategis, Masjid Jamik Birugo kerap menjadi tempat pertemuan atau musyawarah para ulama dulunya. Di sinilah lahir Majelis Ulama Sumatra Barat sebagai hasil musyawarah para ulama pada 26–27 Mei 1968.
Majelis Ulama Sumatra Barat merupakan yang pertama di Indonesia. Saat itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan belum ada. MUI sendiri baru berdiri pada 26 Juli 1975 dengan ketua pertamanya Buya Hamka.
Ketua Majelis Ulama Sumatra Barat pertama yakni Mansoer Datuak Palimo Kayo atau akrab disapa Buya Mansoer. Ia merupakan seorang ulama asal Balingka, Kabupaten Agam dan pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Irak periode 1956–1960.
Istri Buya Mansoer, yakni Fatimah Hatta, kebetulan berasal dari Jambu Air. Rumahnya tak jauh dari Masjid Jamik Birugo. Sepulang dari Irak sesudah menjadi duta besar, Buya sering berjalan kaki dari rumah sang istri ke masjid untuk melaksanakan salat berjemaah.
Pada 18–19 Mei 1974, musyawarah kedua Majelis Ulama Sumatra Barat kembali berlangsung di sini. Hasilnya, Buya Mansoer dikukuhkan lagi sebagai ketua.
Di masjid ini, dulu diadakan pengajian rutin yang dibina Muhammad Siddik (wafat 1965) yang sekaligus merupakan imam masjid. Ia merupakan ayah Nasrul Siddik, seorang tokoh pers Sumatra Barat.
Kondisi Saat Ini
Kompleks Masjid Jamik Birugo berada di atas tanah wakaf seluas 3.202 meter persegi. Lokasinya berada di pusat kota, tepatnya di tepi Jalan Sudirman yang merupakan jalan utama di Bukittinggi.
Denah bangunan masjid ini berbentuk persegi dengan luas 1.800 meter. terdiri dari bangunan utama dan tempat salat dan bangunan yang menempel di belakang yang berfungsi sebagai tempat anak-anak mengaji.
Baca juga: Sejarah MUI Sumbar, Pionir Lahirnya MUI Pusat
Memasuki ruang salat, kita akan melihat warna cokelat yang mendominasi interiornya. Dinding ruangan sudah berkeramik dan bagian depannya berhiasan kaligrafi.
Di pekarangan masjid, terdapat bangunan berbentuak kubus sebagai miniatur Ka'bah yang berfungsi sebagai tempat manasik haji oleh peserta yang tergabung dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). [den]