Suluah.com – Kota Sawahlunto, Sumatra Barat (Sumbar) memiliki banyak bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia yang masih bertahan. Salah satunya Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto.
Gedung ini terletak di Jl. Ahmad Yani No. 4. Berdiri pada 1910, bangunannya menampilkan corak arsitektur neoklasik.
Sejarah Nama Gluck Auf
Semula, Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto adalah gedung pertemuan bernama "Gluck Auf". Fungsinya sebagai tempat perkumpulan dan hiburan (societeit) bagi pejabat pemerintah kolonial Belanda, khususnya yang bekerja di tambang batu bara Ombilin.
Pada masa kolonial Belanda, kota-kota di Indonesia umumnya memiliki gedung societeit. Hal itu lantaran orang-orang Belanda memiliki kebiasaan untuk menghabiskan waktu berkumpul selepas bekerja.
Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto menjadi tempat yang disenangi oleh orang-orang Belanda baik sipil maupun militer. Di sinilah, mereka berpesta ria, minum-minum, berdansa, hingga bermain biliar.
Kata "Gluck Auf" yang menjadi nama gedung merupakan istilah salam penambang tradisional. Salam itu merupakan penggalan doa dalam bahasa Jerman yang ditujukan kepada para penambang agar selamat dalam bekerja.
Revitalisasi dan Terbakar
Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi aset milik PT Bukit Asam. Dalam perjalanannya, gedung ini pernah difungsikan sebagai kantor Bank Dagang Negara (sekarang Bank Mandiri), sebelum direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Sawahlunto.
Setelah revitalisasi, gedung ini diresmikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto, tepatnya pada 1 Desember 2006 bertepatan dengan HUT Kota Sawahlunto ke-118.
Pada 3 November 2022 pagi, kebakaran menghanguskan seisi gedung, termasuk bagian atap dan rangkanya. Penyebab api diduga berasal dari korsleting. [den]