Adam Malik adalah seorang politikus, diplomat, dan wartawan Indonesia. Ia merupakan Wakil Presiden Indonesia ke-3 (23 Maret 1978–11 Maret 1983) mendampingi Presiden Soeharto.
Sebelumnya, Adam Malik pernah menduduki sejumlah jabatan penting, termasuk Menteri Perdagangan (1963–1964), Menteri Luar Negeri (1966–1977), Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (1971–1972), dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (1977–1978).
Berasal dari Pematangsiantar
Adam Malik merupakan anak dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Ia bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pematangsiantar. Setelahnya, ia sempat masuk Sumatera Thawalib di Parabek, dekat Kota Bukittinggi, tetapi tidak selesai.
Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel Politik di Sipirok pada tahun 1934. Ia menjalani hukuman dua bulan penjara karena melanggar larangan berkumpul.
Aktivisme
Pada usia 17 tahun, ia menjadi ketua Partindo di Pematang Siantar (1934–1935).
Pada tahun 1937, ia bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna mendirikan Kantor Berita Antara di JI. Pinangsia 38, Jakarta. Dengan modal satu meja tulis, satu mesin tulis, dan satu mesin roneo, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar.
Pada masa pendudukan Jepang, ia aktif dalam gerakan pemuda. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Adam Malik menjadi Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945–1947). Selanjutnya, ia mendirikan Partai Murba bersama Tan Malaka, Chaerul Saleh, dan Sukarni.
Dunia Diplomasi
Pada akhir 1950-an, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia.
Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik mengetuai delegasi Indonesia dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat pada tahun 1962.
Usia pembebasan Irian Barat, ia memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin. Pada tahun 1966, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri III sekaligus Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Dwikora II dengan status ad-interim.
Selanjutnya, ia berturut-turut menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Ampera I (1966.) Kabinet Ampera II (1967), Kabinet Pembangunan I (1968), dan Kabinet Pembangunan II (1973).
Di kancah internasional, Adam Malik pernah mewakili Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1967. Di organisasi tersebut, ia bahkan terpilih sebagai Ketua Majelis Umum PBB ke-26 (1971–1972).
Selain itu, ia tercatat sebagai salah seorang pemrakarsa berdirinya Association of South East Asia Nations (ASEAN) pada 9 Agustus 1967.
Menjadi Wakil Presiden Indonesia
Pada tahun 1977, Adam Malik terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Berselang tiga bulan, ia terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 hasil Sidang Umum MPR pada Maret 1978.
Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Adam Malik pada 1990.
---
Sumber:
Kamus Sejarah Indonesia (Jilid II). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.