Hotel Centrum Bukittinggi, Pernah Dibumihanguskan, Kini Sengketa Lahan

Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang dibangun pada masa kolonial Belanda

Hotel Centrum yang terbengkalai. [Foto: Rahmatdenas]

Suluah.com – Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar) peninggalan masa kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Saat ini, bangunannya tidak terurus dan berada dalam sengketa lahan.

Hotel ini merupakan salah satu hotel pertama di Bukittinggi selain Hotel Park di sebelah RS Achmad Mochtar (kini sudah tidak berbekas sama sekali).

Dibumihanguskan Ketika Agresi Militer Belanda II

Lampiran Gambar
Hotel Centrum sekitar tahun 1930. [Foto: KITLV]

Tidak ada data pasti mengenai riwayat pembangunan Hotel Centrum. Meski demikian, dokumentasi foto yang tersimpan di KITLV Belanda menunjukkan, hotel ini sudah berdiri pada awal abad ke-20.

Pasca-kemerdekaan, hotel ini berubah nama menjadi Hotel Merdeka. Sutan Mohammad Rasjid selaku Komisaris Negara Urusan Keamanan merangkap Residen Sumbar pernah menjadikannya sebagai tempat kediaman.

Di hotel inilah, mengutip buku PDRI dalam Khasanah Kearsipan (1989), Sutan Mohammad Rasjid melangsungkan rapat mengatur siasat perjuangan menghadapi Belanda yang melancarkan Agresi Militer II pada 18 Desember 1948.

Lampiran Gambar
Suasana Bukittinggi pada 22 Desember 1948 usai aksi bumi hangus. [Foto: Nationaal Archief]

Di antara hasil rapat yakni kesepakatan melakukan aksi bumi hangus terhadap gedung-gedung penting di Bukittinggi agar Belanda tidak dapat memanfaatkannya. Aksi itu terjadi menjelang Belanda menguasai kota ini pada 22 Desember 1948.

Hotel Merdeka menjadi salah satu sasaran bumi hangus. Gedung lain yang dibumihanguskan termasuk Rumah Tamu Agung (kini Gedung Tri Arga), Markas Divisi Banteng, rumah-rumah para opsir menengah, kantor telpon, kantor pos, stasiun radio, dan percetakan uang kertas negara.

Purnawan Tjondronegoro dalam Merdeka Tanahku, Merdeka Negeriku (1982) mencatat, semua barang yang penting terlebih dulu diselamatkan sebelum gedung-gedung itu dibakar, seperti emas hitam (candu), beras, obat-obatan, dan peralatan kontrol.

Bangunan Hotel Centrum Kini

Lampiran Gambar
Saat ini, Hotel Centrum tidak terurus dan berada dalam sengketa lahan. [Foto: Adhmi]

Sekitar tahun 1952, Rahman Tamin membeli bangunan bekas hotel ini. Setelah itu, Perusahaan Umum Pos dan Giro pernah menempatinya sebagai kantor sementara.

Bagian lain dari bangunan ini pernah beralih fungsi untuk pertokoan, tempat kursus bahasa Inggris, hingga studio foto.

Sepeninggal Rahman Tamin, terjadi sengketa atas kepemilikan lahan bangunan yang masih berlagsung hingga kini.

Kompleks bangunan sendiri terdiri dari tiga blok bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 4.307 m². Total ketiga bangunannya memiliki luas 1.925 m².

Dua buah bangunan, yaitu bagian sayap kiri dan bangunan utama beratapkan seng, sedangkan bangunan di sayap kanan beratap dari semen.

Bangunan utamanya mempunyai jendela dan pintu masuk berbentuk lengkung. Plafon masih asli terbuat dari bahan asbes dengan motif bunga-bungaan bertopangkan balok-balok kayu besar yang masih asli sejak berdiri. [den]

Baca Juga

Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah
NV Kedjora adalah percetakan dan penerbit terkenal di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar) yang berdiri pada 17 September 1952
Sejarah NV Kedjora, Percetakan dan Penerbit Terkenal di Bukittinggi
Jam Gadang pernah dipasangi papan reklame di puncaknya pada 1929 dan menimbulkan protes dari warga
Jam Gadang Pernah Punya Papan Reklame Raksasa di Puncaknya
Tabuah masih dapat kita jumpai hingga sekarang, terutama di surau atau masjid tua di Sumatra Barat
Tabuah di Minangkabau, Dari Penanda Waktu Salat Hingga Perang
Kisah Penuturan Seorang Bekas Perwira Bala Tentara Jepang yang Ditugaskan Membuat Lubang Perlindungan Jepang ditulis oleh Hirotada Honjyo pada 17 April 1997, beberapa tahun sebelum ia meninggal dunia pada 2001.
Cerita Saksi Hidup Soal Pembangunan Lubang Jepang di Bukittinggi
Masjid Jamik Tigo Baleh tercatat sebagai salah satu masjid terawal di Kota Bukittinggi yang dahulu bernama Nagari Kurai Limo Jorong.
Masjid Jamik Tigo Baleh, Masjid Pertama di Bukittinggi