Suluah.com – Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar) peninggalan masa kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Saat ini, bangunannya tidak terurus dan berada dalam sengketa lahan.
Hotel ini merupakan salah satu hotel pertama di Bukittinggi selain Hotel Park di sebelah RS Achmad Mochtar (kini sudah tidak berbekas sama sekali).
Dibumihanguskan Ketika Agresi Militer Belanda II
Tidak ada data pasti mengenai riwayat pembangunan Hotel Centrum. Meski demikian, dokumentasi foto yang tersimpan di KITLV Belanda menunjukkan, hotel ini sudah berdiri pada awal abad ke-20.
Pasca-kemerdekaan, hotel ini berubah nama menjadi Hotel Merdeka. Sutan Mohammad Rasjid selaku Komisaris Negara Urusan Keamanan merangkap Residen Sumbar pernah menjadikannya sebagai tempat kediaman.
Di hotel inilah, mengutip buku PDRI dalam Khasanah Kearsipan (1989), Sutan Mohammad Rasjid melangsungkan rapat mengatur siasat perjuangan menghadapi Belanda yang melancarkan Agresi Militer II pada 18 Desember 1948.
Di antara hasil rapat yakni kesepakatan melakukan aksi bumi hangus terhadap gedung-gedung penting di Bukittinggi agar Belanda tidak dapat memanfaatkannya. Aksi itu terjadi menjelang Belanda menguasai kota ini pada 22 Desember 1948.
Hotel Merdeka menjadi salah satu sasaran bumi hangus. Gedung lain yang dibumihanguskan termasuk Rumah Tamu Agung (kini Gedung Tri Arga), Markas Divisi Banteng, rumah-rumah para opsir menengah, kantor telpon, kantor pos, stasiun radio, dan percetakan uang kertas negara.
Purnawan Tjondronegoro dalam Merdeka Tanahku, Merdeka Negeriku (1982) mencatat, semua barang yang penting terlebih dulu diselamatkan sebelum gedung-gedung itu dibakar, seperti emas hitam (candu), beras, obat-obatan, dan peralatan kontrol.
Bangunan Hotel Centrum Kini
Sekitar tahun 1952, Rahman Tamin membeli bangunan bekas hotel ini. Setelah itu, Perusahaan Umum Pos dan Giro pernah menempatinya sebagai kantor sementara.
Bagian lain dari bangunan ini pernah beralih fungsi untuk pertokoan, tempat kursus bahasa Inggris, hingga studio foto.
Sepeninggal Rahman Tamin, terjadi sengketa atas kepemilikan lahan bangunan yang masih berlagsung hingga kini.
Kompleks bangunan sendiri terdiri dari tiga blok bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 4.307 m². Total ketiga bangunannya memiliki luas 1.925 m².
Dua buah bangunan, yaitu bagian sayap kiri dan bangunan utama beratapkan seng, sedangkan bangunan di sayap kanan beratap dari semen.
Bangunan utamanya mempunyai jendela dan pintu masuk berbentuk lengkung. Plafon masih asli terbuat dari bahan asbes dengan motif bunga-bungaan bertopangkan balok-balok kayu besar yang masih asli sejak berdiri. [den]