Sejarah INS Kayutanam (2): Salah Satu Sekolah Bumiputra dengan Fasilitas Terlengkap

INS Kayutanam menjadi salah satu sekolah bumiputra dengan fasilitas terlengkap di Sumatra Barat pada dasawarsa 1930-an

Ibrahim Marah Sutan bersama para siswa INS Kayutanam. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Perkembangan INS Kayutanam yang didirikan Mohammad Sjafei tak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, termasuk dari masyarakat Nagari Kayutanam sendiri.

Pada 1936, sekolah ini telah memiliki bangunan sekolah seluas 2565 meter persegi di tanah sewaan masyarakat dari yang semula seluas 81 meter persegi pada awal berdiri.

Sejarah Lokasi Kampus

Sebelum berdiri di lokasi sekarang, INS Kayutanam menyewa tanah masyarakat seluas 18 ha di Jorong Palabihan, tepatnya di tepi jalan utama Padang–Bukittinggi. Kompleks ini berada sekitar 2 km dari Pasar Kayutanam.

Namun, karena tanah sewaan itu dirasakan sudah sempit, maka dimulailah usaha mencari lokasi kampus permanen. Melalui bantuan dari dr. Sofjan Rassad, INS Kayutanam dapat membeli tanah seluas 16 ha di lokasi sekarang .

Masyarakat Nagari Kayutanam membantu dengan menghibahkan 2 ha sisa tanah, sehingga total luas tanah menjadi 18 ha. Pada 1936, mulai berlangsung proses pemindahan dari tanah sewaan ke tanah milik sendiri.

Murid-murid, guru, dan masyarakat sekitar bergotong-royong memindahkan fasilitas fisik INS Kayutanam dari tanah sewaan ke tanah milik sendiri. Proses itu memakan waktu tiga tahun.

Para murid yang sudah dewasa menyelesaikan pekerjaan pertukangan. Mereka memiliki keahlian dalam tata bangunan dan keahlian-keahlian pendukung lainnya sehingga tidak begitu banyak biaya yang keluar untuk mengupah tenaga dari luar.

Jenjang Pendidikan INS Kayutanam

Pada awalnya, sekolah ini memiliki dua tingkatan pendidikan yaitu bagian bawah Ruang Rendah dan bagian atas Ruang Dewasa.

Ruang Rendah sama dengan Sekolah Rakyat yang lamanya tujuh tahun, sedangkan Ruang Dewasa lama pendidikannya empat sampai lima tahun.

Siswa Ruang Rendah belajar sekali sehari, kecuali saat mereka sudah duduk di kelas enam mereka masuk dua kali sehari, pagi dan petang. Begitu pula siswa di Ruang Dewasa, mereka masuk dua kali sehari.

Proses belajar dua kali sehari terdiri dari pelajaran teori pada pagi hari dan pekerjaan tangan pada sore hari. Selanjutnya, juga diberikan pendidikan kesenian dan olahraga pada sore dan malam hari.

Fasilitas INS Kayutanam

Setelah memiliki tanah sendiri, INS Kayutanam berkembang cukup pesat. INS Kayutanam menjadi salah satu sekolah bumiputra dengan fasilitas terlengkap di Sumatra Barat (Sumbar) pada dasawarsa 1930-an.

Fasilitas untuk murid di antaranya asrama yang dapat menampung hingga 300 orang, restoran, lapangan tenis, kolam renang, ruang senam, perpustakaan, dan stadion bola kaki.

Selanjutnya, ada ruangan musik, sandiwara, menggambar, ruang bertenun, poliklinik, ruang bertukang kayu, ruang pekerjaan anyaman, ruang pekerjaan tanah liat, dan ruang pertukangan besi.

Baca juga: Sejarah INS Kayutanam (1): Berdiri 31 Oktober 1926 Menumpang Rumah Sewaan

Jumlah siswa pada masa ini sudah mencapai 600 orang. Mereka tidak hanya datang dari berbagai daerah di Sumbar, tetapi juga dari luar Sumbar.

Perkembangan pesat INS Kayutanam juga terlihat dari kegiatan dan prestasi non-akademik di bidang olahraga dan kesenian. [den]

Baca Juga

INS Kayutanam mengalami masa krisis berupa terhentinya proses belajar mengajar selama periode pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan di Indonesia
Sejarah INS Kayutanam (3): Sempat Vakum Hingga Dibumihanguskan
Didirikan pada 31 Oktober 1926 oleh Muhammad Sjafei, INS Kayutanam menyelenggarakan jenjang pendidikan menengah setara dengan SMA/MA
Sejarah INS Kayutanam (1): Berdiri 31 Oktober 1926 Menumpang Kamar Sewaan
RM Upiak Banun Kayu Tanam
RM Upiak Banun di Rest Area INS Kayu Tanam Diresmikan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.
Sejarah FK Unand, Berdiri Sejak 1955
Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang dibangun pada masa kolonial Belanda
Hotel Centrum Bukittinggi, Pernah Dibumihanguskan, Kini Sengketa Lahan