Sejarah INS Kayutanam (3): Sempat Vakum Hingga Dibumihanguskan

INS Kayutanam mengalami masa krisis berupa terhentinya proses belajar mengajar selama periode pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan di Indonesia

Suanana INS Kayutanam pada masa awal berdiri. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Masa-masa awal pemulihan kedaulatan Indonesia adalah masa-masa sulit bagi penyelenggaraan pendidikan, termasuk INS Kayutanam. Situasi dan kondisi politik saat itu belum stabil.

Pemerintah masih berfokus pada pengendalian pertumbuhan ekonomi. Di tengah kondisi demikian, INS Kayutanam hanya mampu menyelenggarakan kursus singkat untuk menunjang pembangunan kembali Indonesia.

Kursus Singkat

Bentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh INS Kayutanam pasca-pengakuan kedaulatan Indonesia berupa kursus singkat Guru Revolusioner Indonesia, Kursus Aplikasi Mata Pelajaran Ekspresi, dan Kursus SGB Istimewa.

Pemerintah ikut membantu pembangunan kembali fasilitas fisik di kompleks INS Kayutanam. Menteri Pendidikan dan Pengajaran waktu itu, Bahder Johan menyalurkan bantuan sebesar Rp150 juta untuk mendirikan fasilitas ruang sekolah di sana.

Masa PRRI

Pergolgakan politik di Sumatra Barat (Sumbar) pasca-deklarasi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 15 Februari 1958 memaksa Mohammad Sjafei menutup kursus-kursus singkatnya di INS Kayutanam.

Mohammad Sjafei awalnya berusaha menjadi mediator anatara pemerintah pusat dengan Dewan Banteng. Untuk itu, ia mendirikan Badan Aksi Keutuhan Republik Indonesia (BAKRI) bersama A Sjarnoebi, Arifin Aliep, D. Purba, dan Mulia Muntje

Di antara pengurus BAKRI termasuk Djamilah Djambek, St. D.M. Pontas, Datuk Bagindo Basa Nan Kuniang, Ibrahim Musa Parabek, dan dr. Rasidin.

Namun demikian, Mohammad Sjafei akhirnya memutuskan mendukung PRRI. Ia tercatat duduk sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran dalam kabinet PRRI.

Begitu pemerintah pusat melancarkan operasi militer untuk menumpas PRRI, INS Kayutanam turut menjadi sasaran. Hal itu mengakibatkan proses pendidikan di INS Kayutanam kembali terhenti.

Berbenah dan Bangkit

Kondisi politik di Sumatera Barat dan nasional kembali membaik setelah PRRI mereda dan terjadi nya peristiwa G30S yang mengakibatkan Indonesia memasuki babak baru yaitu berganti nya Orde Lama dan Orde Baru.

Namun, usaha pembangunan INS Kayutanam baru dimulai pada tahun 1967 secara swadaya atas permintaan masyarakat dan dorongan dari Menteri Pendidikan dan Pengajaran waktu itu Dr. Sarino Mangoenpranoto.

Pembangunan kembali INS waktu itu dilakukan dengan mendirikan ruang belajar sederhana melalui gotong royong masyarakat sekitar Nagari Kayutanam. Para siswa nya berasal dari Kayutanam dan guru adalah mantan siswa di INS Kayutanam.

Pembangunan kembali INS Kayutanam berlanjut pada tahun-tahun berikut nya dengan mengajukan permohonan bantuan tidak mengikat ke pada entitas seperti NOVIB.

Bantuan dari NOVIB adalah dalam bentuk co-financing di mana INS menyediakan nilai fisik yang sama dari bantuan yang diterima dari pihak NOVIB. Hampir seluruh gedung di kompleks INS Kayutanam saat sekarang adalah hasil pembangunan dari bantuan NOVIB.

Integrasi ke Sistem Pendidikan Nasional

Selain dari NOVIB, Ruang Pendidik INS Kayutanam juga menerima bantuan dari pemerintah.

Pada tahun 1978, INS Kayutanam menerima bantuan dari Presiden Republik Indonesia yang kemudian digunakan untuk merehabilitasi gedung-gedung sekolah dan pembangunan sarana pendidikan berupa kolam perikanan, pertanian, dan perkebunan.

Pihak sekolah juga mendapat bantuan tetap bulanan dari Pemerintah Daerah Sumatera Barat dan Badan Logistik Indonesia.

Perubahan besar dalam model pendidikan INS Kayutanam adalah dengan ada nya keputusan dari para pengurus Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam pada tahun 1977 untuk mendaftarkan Ruang Pendidik INS Kayutanam ke dalam sistem pendidikan nasional sebagai bagian dari satuan pendidikan formal.

Tujuan nya adalah secara institusi, Ruang Pendidik INS Kayutanam dapat memperoleh bantuan seperti sekolah-sekolah lain nya. Maka pada tahun ajaran 1977/1978, Ruang Pendidik INS mulai menggunakan kurikulum dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI seperti yang kita kenal sekarang sini.

INS Kayutanam mengalami masa krisis berupa terhentinya proses belajar mengajar selama periode pendudukan Jepang di Indonesia. Akibatnya, para siswa kembali pulang ke orang tua mereka.

Begitu pula hanya pada masa awal kemerdekaan. Kegiatan belajar dan mengajar belum kembali normal karena segala perhatian dan usaha tercurah untuk menjaga kemerdekaan.

Vakum Masa Pendudukan Jepang

Pemerintah pendudukan Jepang sebenarnya tidak melarang penuh kegiatan belajar di INS Kayutanam, tetapi situasi saat itu tidak memungkin untuk menyelenggarakan pendidikan.

Alat-alat dan bahan-bahan penunjang kegiatan belajar susah didapatkan, sementara waktu kegiatan belajar terpakai untuk kegiatan gotong-royong membersihkan kompleks sekolah.

Krisis berlanjut pada perang kemerdekaan lantaran sekolah ini menjadi markas bagi para pejuang kemerdekaan mengatur strategi mereka melawan tentara Belanda yang berusaha kembali menjajah Indonesia.

Pemanfaatan Fasilitas INS Kayutanam

Sebagai sebuah usaha untuk mendukung diplomasi pengakuan kemerdekaan Indonesia, Mohammad Sjafei mendirikan Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Padang Panjang.

Sebanyak 50 orang siswa INS Kayutanam terlibat membangun gedung Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Padang Panjang.

Di sana, diselenggarakan berbagai kegiatan pendidikan dan kesenian seperti perpustakaan, museum kerajinan tangan daerah, sandiwara rakyat, sendratari, dan berbagai bentuk kesenian lainnya.

Untuk menjalankan berbagai kegiatan tersebut, Mohammad Sjafei memanfaatkan alat-alat dan fasilitas yang tersedia di INS Kayutanam.

Pembumihangusan

Pada masa Agresi Militer Belanda I, kegiatan pembelajaran INS Kayutanam berjalan seadanya karena para pejuang kemerdekaan menggunakan kompleks sekolah sebagai markas pergerakan. Sementara itu, Mohammad Sjafei bersama ibu angkatnya, Khalijah mengungsi untuk sementara waktu ke Nagari Gunung, Padang Panjang.

Kondisi kian parah ketika Agresi Militer Belanda II. Proses belajar mengajar berhenti keseluruhan. Bahkan, ada upaya Belanda untuk menduduki INS Kayutanam untuk kepentingan mereka mengingat lokasinya yang strategis.

Baca juga: Sejarah INS Kayutanam (2): Salah Satu Sekolah Bumiputra dengan Fasilitas Terlengkap

Agar kompleks sekolah berikut segala fasilitasnya tidak jatuh ke tangan Belanda, Mohammad Sjafei merekalan INS Kayutanam dibumihanguskan oleh tentara Indonesia. Keputusan tersebut ia ambil menerima surat permohonan dari tentara Indonesia.

Pihak tentara berjanji akan membangun kembali kompleks sekolah setelah kondisi pulih, sebagaimana termaktub dalam Surat Keterangan No. 27/Gos/12/SR.IV./S/52 dari Resimen IV Banteng dan Sub Teritorial IV tertanggal 16 April 1952. [den]

Baca Juga

INS Kayutanam menjadi salah satu sekolah bumiputra dengan fasilitas terlengkap di Sumatra Barat pada dasawarsa 1930-an
Sejarah INS Kayutanam (2): Salah Satu Sekolah Bumiputra dengan Fasilitas Terlengkap
Didirikan pada 31 Oktober 1926 oleh Muhammad Sjafei, INS Kayutanam menyelenggarakan jenjang pendidikan menengah setara dengan SMA/MA
Sejarah INS Kayutanam (1): Berdiri 31 Oktober 1926 Menumpang Kamar Sewaan
RM Upiak Banun Kayu Tanam
RM Upiak Banun di Rest Area INS Kayu Tanam Diresmikan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.
Sejarah FK Unand, Berdiri Sejak 1955
Hotel Centrum adalah bekas hotel di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat yang dibangun pada masa kolonial Belanda
Hotel Centrum Bukittinggi, Pernah Dibumihanguskan, Kini Sengketa Lahan