Sejarah FK Unand, Berdiri Sejak 1955

FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.

FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.

Suluah.com – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand) adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955 sehingga menjadikannya FK tertua di Sumatra.

Prodi Profesi Dokter FK Unand telah menyandang Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak 2006 dan Akreditasi A dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) sejak 2016.

Sejarah

Pada 31 Agustus 1950, Gubernur Sumatera Tengah mengeluarkan Beslit No. Up 974/G50 tentang Panitia Sekolah Tinggi Sumatera Tengah dengan salah satu rencana yakni pendirian FK (bersama FIPIA) di Bukittinggi.

Selanjutnya, pada 1954, sejumlah dokter seperti dr. A. Rivai, dr. M. Yoesoef, dan dr. Nizar bermusyawarah dengan ninik mamak dan pemuka masyarakat Agam mengenai rencana tersebut.

Mengutip buku Kiprah Dokter dalam Era 50 tahun Indonesia Merdeka, musyawarah itu menghasilkan kesepakatan pembentukan panitia FK dengan Bupati Agam Harun Al-Rasjid sebagai ketua.

Sebagai bentuk dukungan, masyarakat Sungai Cubadak dan Sungai Sarik di Baso menyerahkan 100 hektare tanah kepada panitia FK pada 22 November 1954.

Peresmian FK Unand

Lampiran Gambar
Suasana peresmian Kampus Unand di Bukittinggi yang meliputi FK dan FIPIA pada 13 September 1956. [Foto: Ist.]

Hasrat masyarakat menjadi kenyataan dengan terbitnya SK Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K) Mohammad Yamin No. 41077/Kab pada 14 Juli 1955 tentang pendirian FK dan FIPIA Unand.

Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri PP dan K Prof. Ir. Soewandi meresmikan dua fakultas tersebut pada 7 September 1955.

Mahasiswa angkatan pertama FK Unand berjumlah 60 orang yang berasal dari berbagai daerah di Sumatra Tengah. Pada tahun berikutnya, FK Unand menerima mahasiswa angkatan kedua berjumlah 60 mahasiswa.

Mulai berdirinya sampai 1956, FK Unand dipimpin oleh Prof. Dr. Mohamad Sjaaf sebagai dekan dan Dr. Ilyas Dt . Batoeah sebagai sekretaris.

Dengan pengangkatan Mohamad Sjaaf sebagai Presiden Universitas Andalas pada 1956, maka jabatan dekan dipegang oleh Prof. Dr. Syahrial Dt . RM sampai 1959.

Nyaris Berkampus di Baso

Pada awalnya, FK Unand hanya memiliki satu dosen tetap. Adapun staf pengajarnya didatangkan oleh UNESCO melalui program Colombo Plan.

Staf pengajar tersebut yakni Pof. Berthil Nordfos (Norwegia) yang mengajar fisika serta Prof. SK. Mukherjee (India) dan Prof. MM. Samygin (Rusia) yang mengampu kuliah kimia organik.

Selanjutnya, Prof. W. Meyer (Belanda) untuk kuliah botani, Prof. M. Idris untuk kuliah zoologi, dan Ny. MM. Samygin (Rusia) untuk kuliah bahasa Inggris,

Ruang kuliah dan praktikum berada di dua tempat. Pertama, Gedung SR di Birugo dengan tujuh lokal untuk ruang kuliah, kantor, serta praktikum fisika dan biologi. Kedua, Gedung PSM atas Ngarai untuk praktikum kimia.

Sejak 1956, FK Unand menempati sebagian RSU Bukittinggi untuk ruang kuliah. Tahun yang sama, sejumlah bantuan mengalir, seperti bantuan laboratorium fisika dari Caltex dan alat-alat laboratorium kimia dari Stanvac.

Pada akhir 1957, beberapa gedung di Baso sudah siap ditempati. Untuk operasionalnya, Pemerintah Australia dan FK Melbourne University menyatakan minat untuk memberikan bantuan.

Pada Juli 1958, atas prakarsa Kolonel Ahmad Yani, berlangsung pertemuan semua Dekan Unand dengan Dubes Australia di Padang. Sayang karena adanya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), bantuan dari Australia untuk FK Unand tidak pernah terealisasi.

Pasca-PRRI

PRRI mengakibatkan perkuliahan di seluruh fakultas Unand tutup. Pada awalnya, praktikum kimia dan fisika masih tetap berjalan. Namun, pada akhir 1958, semua praktikum terhenti sama sekali.

Sejak Januari 1959, seluruh fakultas di Unand secara resmi pindah ke Padang. Dekannya saat itu yakni Prof. dr. Aleina Roesma Datuk Indo Kayo.

FK Unand menempati gedung di Jalan Niaga No. 1 dengan laboratorium untuk praktikum di RSUP Jati (sekarang RSUP dr. M. Djamil), RS Tentara (sekarang RS Reksodiwiryo), dan Jalan Situjuh No. 1.

Lewat kerja sama yang terjalin, FK Universitas Indonesia (UI) mendatangkan dosen terbang untuk membantu perkuliahan selama kurun waktu 1961–1965. Kepaniteraan beberapa mata pelajaran berlangsung di RS Cipto Mangunkusumo (sampai 1973).

Tahun 1965, FK Unand meluluskan enam dokter. Mereka yakni Marias Marianas, M. Zen Zainuddin, Rusda Serudji, Yusril, Misbahuddin Djalins, dan Junaidi

Kampus Jati FK Unand

Pada 31 Agustus 1970, seluruh civitas akademika FK Unand di bawah pimpinan Prof. Hanif selaku dekan menandatangani pernyataan bersama untuk memiliki kampus sendiri.

Sebagai tindak lanjut, Panitia Lustrum III dipimpin Sjamsir Daili selaku ketua dan Asnil Sahim selaku sekretaris menyampaikan pernyataan bersama ini kepada Gubernur dan Ketua DPRD-GR Sumatra Barat.

Kampus baru berlokasi di Jati, tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 94. Pembangunan berlangsung sejak 1978 hingga 1983.

Sejak 1984 sampai 1999, FK Unand bertahap membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), yakni ilmu penyakit syaraf, penyakit mata, ilmu bedah, obgyn, ilmu kesehatan anak, pulmonologi, kulit kelamin, dan patologi klinik.

Pada 2000, FK Unand membuka Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM). Lalu, menyusul Program Pascasarjana Biomedik pada 2004 dan Program Doktor Ilmu Biomedik pada 2005. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Al Busyra Basnur, S.H., LL.M. adalah seorang diplomat Indonesia yang sejak Maret 2019 menjabat sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Etiopia merangkap Republik Jibuti dan Uni Afrika di Addis Ababa
Al Busyra Basnur, Dubes RI untuk Etiopia yang Meniti Karier dari Jurnalis
Romi Zarman adalah seorang peneliti Indonesia yang intens menggarap topik sejarah Yahudi Indonesia. Ia merupakan penulis buku Di Bawah Kuasa Antisemitisme.
Romi Zarman, Peneliti Sejarah Yahudi dan Antisemitisme di Indonesia
Gusdi Sastra adalah doktor neurolinguistik pertama di Indonesia yang menaruh perhatian pada penderita gangguan bahasa, seperti penyandang disabilitas.
Kiprah Gusdi Sastra, Doktor Neurolinguistik Pertama di Indonesia