Orgen Tunggal vs Nasyid untuk Baralek?

Suluah.com – Di Sumatera Barat, nasyid tidak hanya ditampilkan di kegiatan agama. Nasyid menjadi pilihan untuk baralek selain orgen tunggal.

Grup nasyid asal Padang Shohibatussaufa. [Foto: Istimewa]

Suluah.com – Di Sumatra Barat (Sumbar), penerimaan nasyid tidak hanya terbatas dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Nasyid sudah mendapat tempat dalam kegiatan alek seperti pernikahan atau baralek, yang biasanya identik dengan orgen tunggal.

Demikian dikatakan Al-Falah, M.Sn, pemerhati musik tradisi dan alat kreasi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.

Ia menjelaskan, nasyid sebenarnya lebih cocok dengan kultur Minang [ketimbang orgen tunggal]. "Tapi, kita lihat sekarang, masih lebih banyak yang menggunakan orgen tunggal untuk baralek," ujar Al-Falah.

Kesesuaian nasyid dengan kultur Minang, dalam pandangan Al-Falah, terdapat pada konten-konten lagu.

"Nasyid merupakan penyejuk di tengah terjangan hingar-bingar musik-musik yang bisa membuat kita jauh dari nilai-nilai Islam," kata Al-Falah yang juga komposer musik-musik berunsur islami ini. Hanya saja, lanjut Al-Falah, nasyid harus bisa menyesuaikan dengan alat-alat musik tradisi dan modern.

"Sejauh ini, nasyid memang hanya mengandalkan olah vokal daripada musik. Untuk itu, ke depan nasyid dapat dikreasikan, misalnya dibawakan dengan alat musik talempong," tandas Al-Falah.

Peneliti musik Islam Dr. Ediwar Chaniago, M.Hum, yang juga dari ISI Padang Panjang mengapresiasi perkembangan grup nasyid di pelbagai kota di Sumbar.

"Perkembangan nasyid menggemberikan, apalagi mulai banyak anak-anak muda mengandrungi nasyid. [Nasyid] muncul di pesantren-pesantren, sekolah-sekolah Islam, dan kelompok-kelompok pengajian," ujar Ediwar.

Kendati begitu, Ediwar melihat, pekembangan nasyid di Sumatra Barat masih kalah daerah lain seperti di Jawa Barat, Yogyakarta, dan daerah lainnya, dan juga kalah jauh dengan lagu-lagu pop.

"Padahal, nuansa Islam dalam adat Minang sebenarnya cukup kuat. Kita mengenal musik bazanzi, badikia, baratik, dan baindang," ujar Ediwar yang merampungkan S-3 di Universitas Kebangsaan Malaysia.

Nasyid Tidak Repot untuk Baralek

Di tempat terpisah, Rama Wahyudin, salah satu pengeloa wedding organizer di Padang mengatakan, masyarakat memilih nasyid untuk baralek karena tidak ingin repot.

"Kalau menggunakan orgen tunggal, banyak syarat yang harus disediakan, seperti rokok, belum lagi musiknya yang heboh," ujar Rama.

Walaupun masih sedikit, minat masyarakat untuk memilih nasyid sebagai pengisi kegiatan baralek terus meningkat.

Baca juga Cadar di UIN Imam Bonjol

Radhi Rahman, salah satu personil grup nasyid Ikhwannada, membenarkan hal tersebut. "Trennya, hari ke hari peminat nasyid khususnya di Sumbar makin banyak. Grup nasyid kami sendiri rutin mengisi acara untuk pesta pernikahan," ujar Radhi Rahman.

Bagi Radhi dan rekan-rekan, membawakan nasyid tidak hanya memberikan nasihat untuk yang mendengarkan. "Tapi, sekaligus menjadi nasihat bagi kami yang membawakan," tandas Radhi. [den]

 

 

Baca Juga

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
Kolam renang Belanda di Padang yang dibuka pada 29 Januari 1933
Kolam Renang Belanda di Padang Bertuliskan Anjing dan Pribumi Dilarang Masuk
Abdullah Ahmad
Abdullah Ahmad, Ulama Reformis di Bidang Dakwah dan Pendidikan
Parendangan Nasution adalah seorang guru Indonesia yang saat ini menjadi Kepala SMA Negeri 10 Padang. Ia merupakan lulusan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP).
Parendangan Nasution, Guru dan Kepala SMA Negeri 12 Padang
Sari Lenggogeni
Sari Lenggogeni, Akademisi dan Pengamat Pariwisata Indonesia
Sitinjau Laut atau Sitinjau Lauik adalah ruas jalan yang terkenal memiliki tikungan tajam dan curam menghubungkan Kota Padang dan Solok.
Bagaimana Kelanjutan Proyek Jalan Layang Sitinjau Laut?