Grup Nasyid Shohibatussaufa Berawal dari Ekstrakurikuler

Suluah.com – Grup nasyid asal Padang Shohibatussaufa berawal dari ekstrakurikuler di sekolah. Salah satu single mereka populer di Youtube.

Grup nasyid asal Padang Shohibatussaufa. [Foto: Istimewa]

Suluah.com – Grup nasyid asal Padang Shohibatussaufa berawal dari ekstrakurikuler di sekolah. Salah satu single mereka berjudul "Jangan Salahkan Hijabku". Di Youtube, single itu telah ditonton lebih dari 1 juta kali.

"...Pabila aku salah dalam bertingkah laku. Pabila ada kata menyakiti hatimu. Yang salah bukanlah karena hijabku. Maafkan dan tegurlah hijabku tiada salah..."

Demikian sepenggal lirik lagu "Jangan Salahkan Hijabku". Lagu ini mewakili isi hati seorang Muslimah ketika baru berhijab.

"Ketika kita berhijab, bukan berarti berubah kita menjadi malaikat yang tak pernah berbuat dosa, tapi kita sedang berupaya menaati Allah dan menghindari dosa dari terbukanya aurat," ungkap Safirauci Ramadhani, salah seorang personil grup nasyid Shohibatussaufa.

Uci, sapaan akrab Safirauci, bergabung dalam Shohibatussaufa bersama enam personil lainnya pada 2015.

"Jangan Salahkan Hijabku" merupakan tembang pertama yang mempopulerkan mereka di kancah nasional. Pada 2017 yang lalu, grup nasyid ini mendapat kontrak oleh label rekaman nasyid ternama, Sigma Entertainment.

Sebagai grup vokal, butuh kerja sama dalam membawakan nasyid. Dalam membawakan nasyid, para personil Shohibatussaufa memiliki tipe suara yang berbeda.

"Ada yang memegang suara sopran, alto, dan mezzo-sopran," ujar Uci. Uci sendiri memegang suara sopran. Selain dirinya, anggota Shohibatussaufa yakni Maghfiratul Husna, Alivia Anbiani, Novia Safitri, Afifah Aulia Putri, Muthia Riska, dan Ezi Hidayatul Husna.

Peran Sekolah

Dikisahkan Uci, grup nasyid Shohibatussaufa terbentuk saat mereka masih bersekolah di MAN 2 Padang. "Berawal dari latar belakang kami yang sama-sama menyukai musik," tuturnya.

Minat tersebut, lanjut Uci, mereka salurkan lewat ekstrakurikuler nasyid yang ada di sekolah.

"Demikian saran dari guru agama kami. Lewat nasyid, kita sekaligus berdakwah karena kita dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang membuat orang tertarik," jelas Uci.

Sekolah punya andil besar dalam menetaskan grup nasyid Shohibatussaufa. Andil itu meliputi pelatihan paling dasar hingga dorongan untuk mengikuti lomba.

"Kami belajar nasyid dari sekolah. Sekolah memfasilitasi dengan memberi pelatihan. Pembimbing nasyid kami yakni guru kami, Muhammad Taufik, mengajari kami mulai dari teknik vokal sampai menghayati lagu agar syiar dalam lagu dapat tersampaikan."

Setiap tahun, pihak sekolah selalu mengutus perwakilan untuk mengikuti festival nasyid. "Kelompok kami, termasuk yang terpilih. Kami ikut lomba nasyid SMA/MA se-Kota Padang pada 2015, dan Alhamdulillah, kami juara pertama," ungkap Uci.

Prestasi itu mendorong Uci dan kawan-kawan bergiat dan berlatih lebih tekun, mengikuti berbagai lomba baik baik di tingkat kota maupun provinsi.

"Puncaknya, ketika kami berhasil memenangkan Festival Minang Bernasyid pada 2017. Festival itu disponsori oleh Sigma Entertainment yang lalu mengontrak kami," papar Uci.

Sering Tampil di Berbagai Acara

Menyandang sederet prestasi dan mengharumkan nama Sumatra Barat, grup nasyid Shohibatussaufa sering diundang untuk tampil di berbagai acara.

"Saat ini, kami setiap pekan mendapat undangan acara walimahan (pernikahan). Selain itu, kami mendapat kesempatan tampil di Padang TV, TVRI, serta instansi pemerintah baik di Padang maupun di luar Padang," ujar Uci.

Lewat nasyid, Shohibatussaufa berupaya mendakwahkan ajaran dalam Islam kepada masyarakat. "Nasyid adalah salah satu sarana berdakwah karena dakwah tidak hanya ceramah. "

Dakwah Islam itulah yang tampak pada lagu "Jangan Salahkan Hijabku".

"Banyak Muslimah yang enggan berjilbab, karena kekhawatiran tidak bisa menjaga sikap nanti. Ada yang berpikir lebih baik tidak usah mengenakan hijab jika akhlak belum baik. Lewat lagu, kami mencoba menjelaskan tentang hijab dan akhlak," sambungnya.

Uci menjelaskan, Shohibatussaufa mendapat penerimaan baik di tengah masyarakat. "Respons dari karya nasyid kami sangat banyak sehingga membuat kami bersyukur."

Meskipun demikian, tidak bisa dimungkiri jika ada yang tidak setuju dengan nasyid. Apalagi mengingat personil Shohibatussaufa adalah perempuan.

Baca juga: Orgen Tunggal vs Nasyid untuk Baralek?

"Barangkali ada (yang tidak setuju dan mengkritik), kami terima dengan lapang dada."

Tidak puas dengan pencapaian yang telah diraih, grup nasyid Shohibatussaufa tengah menyiapkan karya kedua. "Saat ini, kami sedang proses pembuatan single. Insyaallah sebentar lagi selesai dan dirilis," tutup Uci yang saat ini berkuliah di UIN Imam Bonjol Padang. [den]

 

 

Baca Juga

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
Kolam renang Belanda di Padang yang dibuka pada 29 Januari 1933
Kolam Renang Belanda di Padang Bertuliskan Anjing dan Pribumi Dilarang Masuk
Abdullah Ahmad
Abdullah Ahmad, Ulama Reformis di Bidang Dakwah dan Pendidikan
Parendangan Nasution adalah seorang guru Indonesia yang saat ini menjadi Kepala SMA Negeri 10 Padang. Ia merupakan lulusan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP).
Parendangan Nasution, Guru dan Kepala SMA Negeri 12 Padang
Sari Lenggogeni
Sari Lenggogeni, Akademisi dan Pengamat Pariwisata Indonesia
Sitinjau Laut atau Sitinjau Lauik adalah ruas jalan yang terkenal memiliki tikungan tajam dan curam menghubungkan Kota Padang dan Solok.
Bagaimana Kelanjutan Proyek Jalan Layang Sitinjau Laut?