Suluah.com – Prof. Dr. dr. Idris Idham, Sp. JP (K), FIHA, FESC, FACC, FAsCC, demikian nama lengkap dokter spesialis jantung dan pembuluh darah ini. Ia berpraktik di Rumah Sakit (RS) Omni Alam Sutera dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Idris Idham juga merupakan guru besar ilmu penyakit jantung (kardiologi) dan pembuluh darah di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Berikut profilnya.
Perjuangan Meraih Cita-Cita
Idris Idham lahir pada 31 Desember 1944 di Tabing, Padang, Sumatra Barat dari pasangan ayah bernama Idham dan ibu bernama Syaribani. Ayahnya bekerja sebagai nelayan untuk menghidupi keluarga, sementara ibunya berjualan nasi di Pasir Jambak, Pasie Nan Tigo.
Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi dokter. Cita-cita itu tertanam saat ia dibawa orang tuanya berobat ke dokter Lim di Kampung Pondok, Padang.
Meskipun demikian, Idham nyaris tidak dapat kuliah karena kendala ekonomi. Beruntung, ia memiliki banyak teman yang membantunya. Setelah menamatkan SMA di Padang pada 1963, ia masuk ke FK Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selama di kampus, ia aktif berorganisasi. Ia pernah menjadi pengurus cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Yogyakarta (1964–1965) dan Ketua Presidium Dewan Mahasiswa UGM (1966–1969).
Di tengah keterbatasan ekonomi, Idris Idham menamatkan pendidikan dokternya pada 1972.
Menekuni Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular.
Sebagai dokter, ia mengawali kariernya di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1973 sampai 1979. Setelah itu, ia mendapat tugas belajar di bagian Kardiologi FK UI (sekarang RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo).
Idris memiliki minat yang besar dalam bidang ilmu kardiologi dan kedokteran vaskular. Pada 1983, ia menyelesaikan pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah setara S-2 di UI.
Menurutnya, masalah kardiovaskular adalah masalah kesehatan primer dan penyakit kardiovaskular telah menjadi suatu epidemi global yang tidak membedakan jenis kelamin serta tidak mengenal batas geografis dan sosio-ekonomi.
Dari tahun 1992 hingga 1993, ia mengikuti pendidikan cardiology invasive dan nuclear cardiology serta pendidikan kardiologi non-invasive cardiology dan peacemaker implantation di Australia.
Terakhir, ia meraih gelar doktor di Universitas Airlangga di Surabaya pada 2000.
Kiprah Idris Idham
Selama berkarier di dunia kedokteran, Idris Idham mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya adalah penghargaan Adi Setya Utama dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Satyalancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden Republik Indonesia.
Pada tahun 2004, ia diangkat sebagai guru besar ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UI.
Di usia senjanya, Idris Idham masih praktik lima hari seminggu dari pagi sampai malam. Selain itu, ia aktif membimbing mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) FK UI.
Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pertama kali, ia sempat tidak praktik selama tiga bulan karena memikirkan faktor usia. Namun, setelah itu, ia kembali berpraktik meski harus menghadapi risiko terpapar Covid-19.
Di luar kesibukannya memberikan pelayanan sebagai dokter, Idris Idham aktif di berbagai organisasi profesi. Bahkan, ia pernah menduduki posisi bergengsi di tingkat internasional sebagai President Asean Federation of Cardiology.
Baca juga: Dokter Yusirwan Yusuf, Memimpin Dua Rumah Sakit Besar di Sumatra
Adapun di tingkat nasional, ia pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia (PERKI) dan Ketua Dewan Penasihat Pengurus Besar IDI.
Selain itu, ia aktif menulis karya ilmiah. Ia mengeluarkan 16 hasil penelitian sebagai penulis utama dan 26 hasil penelitian sebagai penulis pembantu. Ia juga mengisi kolom di berbagai media baik majalah ilmiah kedokteran maupun media massa. [den]