Suluah.com – Yulizal Yunus adalah seorang filolog dan akademisi bidang sastra Arab. Topik penelitiannya mencakup biografi dan karya ulama Minangkabau.
Ia dikenal pula sebagai pemerhati sejarah dan adat Minangkabau lewat penelitiannya tentang raja-raja kerabat Kerajaan Pagaruyung. Sehari-hari, ia mengajar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang.
Kehidupan Awal
Yulizal Yunus lahir dengan nama Yoserizal di Koto Panjang, Nagari Taluk, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara seibu atau tujuh bersaudara seayah. Ayahnya, Muhammad Yunus Taraan, seorang guru agama. Ibunya, Siti Zahara, berasal dari Suku Kampai.
Ada dua versi tanggal lahir Yulizal Yunus: 4 Februari 1954 menurut sang ayah dan 7 Agustus 1955 menurut sang nenek. Setelah memasuki dunia kampus, Yuyu menjadi nama panggilan akrabnya. Secara adat, ia juga bergelar Datuk Rajo Bagindo.
Yulizal Yunus menyelesaikan pendidikan dasar dan Pendidikan Guru Agama (PGA) di kampung halamannya. Setelah itu, ia mengambil gelar sarjana muda (BA) dan doktorandus di IAIN (kini UIN) Imam Bonjol Padang, yang ia selesaikan pada 1983.
Berikutnya, ia menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Andalas (2008) dan doktoral di UIN Imam Bonjol Padang (2018).
Yulizal Yunus dan Dunia Pers
Saat mahasiswa, ia gemar menulis puisi, cerita pendek, dan esai. Karyanya dimuat pertama kali dimuat oleh surat kabar Haluan pada 1974, menyusul Singgalang, Semangat, dan Padang Ekspres.
Bersama Sutan Zaili Asril, ia juga merintis kegiatan pers mahasiswa. Ia menerbitkan harian Suara Kampus sekaligus menjadi pimpinan redaksi (1979–1995). Di antara kurun waktu tersebut, ia juga menjabat sebagai Kepala Humas dan Protokoler IAIN Imam Bonjol (1983–1989).
Berikutnya, ia menjadi pimpinan redaksi majalah ilmiah Al-Turas (1996–2002) yang ia dirikan dan redaktur majalah ilmiah Imam Bonjol (1996–2000).
Kiprah sebagai Dosen dan Akademisi
Sejak 1987, ia mendapat SK sebagai dosen di almamaternya. Beberapa jabatan struktural pernah dipercayakan padanya, termasuk sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan Adab (2003–2007) dan Ketua Pusat Penelitian IAIN Imam Bonjol (2010–2012).
Di luar itu, ia merupakan Ketua STAI Balai Selasa di Pesisir Selatan empat periode berturut-turut (1993–2009). Pada 2005, ia mendapat anugerah Bintang Satyalancana Karya Satya 20 Tahun atas pengabdiannya sebagai PNS.
Yulizal Yunus menaruh perhatian pada penyelamatan manuskrip ulama Minangkabau. Pada 1998, ia berhasil menarik pendanaan internasional dari Toyota Foundation Japan untuk membiaya penelitiannya, bekerja sama dengan kampus dan Islamic Centre Sumatera Barat, ketika itu kedua lembaga ini dipimpin oleh Mohammad Sanusi Latief.
Hasilnya, selain pengarsipan manuskrip, adalah tulisan bersama yang dibukukan berjudul Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat (1981).
Ketokohan Yulizal membuat ia dipercaya memperkuat Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatra Barat dengan jabatan sebagai Ketua VI (2010–2016) dan Dewan Pakar (2021–2026). Sebelumnya, ia merupakan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Taluak (1995–2005).
Organisasi lainnya tempat ia bernaung termasuk Pusat Kebudayaan Minangkabau dan Badan Koordinasi KAN, masing-masing sebagai sekretaris.
Kehidupan Pribadi
Yulizal Yunus menikah dengan Nurwati Akhir dan dikaruniai empat orang anak: Zuheiril Ariys el-Yunusiy, Ilhami el-Yunusiy, Tsumira el-Yunusiyah, dan Emilia el-Yunusiyah. Pada 2004, sang istri meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.
Selanjutnya, ia menikah dengan Sukrawati dan memperoleh seorang anak, Muhammad Faiz el-Yunusiy (yang sudah memiliki kakak bernama Nurul Fadillah Sukran). Keluarga ini menetap di Belimbing, Kuranji, Kota Padang.
Di usia senjanya, Yuyu yang telah menelurkan 121 judul buku ini masih aktif menulis dan menjadi narasumber topik sejarah, adat, budaya Minangkabau. [den]