Suluah.com – Abdoel Xarim M.S. adalah seorang penulis roman Indonesia. Ia juga merupakan pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menggerakan Revolusi Sosial Sumatra Timur pada 1946.
Sebelumnya, ia aktif dalam pergerakan kemerdekaan dengan memimpin Sarekat Rakyat (SR) Langsa. SR merupakan organisasi pecahan dari SI yang menjadi cikal bakal PKI.
Kehidupan Awal
Abdoel Xarim M.S. lahir pada 18 Juni 1901 di Idi, Aceh Timur, Aceh. Latar belakangnya tidak diketahui pasti. Meski demikian, inisial M.S. pada namanya merujuk pada nama sang ayah.
Mohammed Said dalam What was the Social Revolution of 1946 in East Sumatra? mencatat keluarga Abdoel Xarim M.S. merupakan golongan uleebalang (bangsawan). Hal itu membuat ia sejak kecil mendapatkan pendidikan yang layak.
Ia tercatat belajar di Kweekschool dan selanjutnya mengambil kursus tekenaar openemer (juru gambar). Setelah lulus, ia bekerja untuk Departemen Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werken) di Langsa. Selama dinasnya, ia pernah ditempatkan di Padang (1920) dan Kupang (1920).
Meski bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda, ia banyak menulis esai yang menentang kolonialisme di berbagai surat kabar.
Ia tercatat pernah menjadi pimpinan redaksi surat kabar Hindia Sepakat pada 1922 di Sibolga. Tak lama setelah itu, ia pindah menjadi pimpinan surat kabar Utusan Rakyat pada 1923.
Memimpin PKI di Langsa dan Menulis Roman
Dalam kancah pergerakan nasional, ia awalnya bergabung dengan National Indische Partij. Ia mempin cabang partai tersebut di Langsa.
Pada 1923, ia memimpin cabang PKI di Langsa sekaligus Komisaris Central Comite (CC) PKI untuk Sumatra. Aktivitas politiknya membuat gerah pemerintah Hindia Belanda sehingga ia beberapa kali ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda.
Setelah bebas, ia memutuskan untuk hijrah ke Medan. Di kota tersebut, ia terus aktif berpolitik dan mengeluarkan terbitan berkala Penjebar serta membuat penerbitan kecil bernama Aneka.
Di Aneka, ia menerbitkan roman pertamanya berjudul Pandoe Anak Boeangan. Ceritanya berlatar kehidupan seorang aktivis yang berusaha menentang kesenjangan sosial.
Keluarga Abdoel Xarim M.S.
Abdoel Xarim M.S. mengembuskan napas terakhirnya pada 21 Oktober 1960. Ia meninggalkan dua orang istri, yaitu Sawijah asal Natal dan Dariana yang orang Minangkabau.
Dari dua istrinya, ia memiliki tujuh orang anak. Mereka yakni Kapten Nip Xarim, Misbah Xarim, Imah Surja Sutjipto, Bellany, Ida Surya Budiardjo, Antarsjah, dan Dahlia.
Karya tulis terakhirnya adalah Pembangunan Semesta yang tersimpan dalam arsip Sekretariat Angkatan 45 di Medan. Selain mengarang roman, ia banyak menulis esai yang menentang kolonialisme. [den]