Gusrizal Gazahar, Lepas Jabatan PNS Demi MUI Sumbar

Gusrizal Gazahar adalah seorang ulama ahli ilmu fikih dan ushul fikih yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat.

Gusrizal Gazahar. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Gusrizal Gazahar adalah seorang ulama ahli ilmu fikih dan ushul fikih yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar). Ia aktif sebagai penceramah dan mendidik umat lewat kajian-kajian yang ia berikan.

Ulama dengan ciri khas sorban dan memakai tongkat ini terkenal tegas dan tak kenal takut dalam menyampaikan pikirannya ke publik. Sebelumnya, ia sempat menjadi dosen dengan status PNS di IAIN Bukittinggi. Namun, ia memilih mengundurkan diri demi fokus mengurus MUI Sumbar.

Kehidupan Awal

Gusrizal Gazahar lahir pada 13 Agustus 1973 di Nagari Panyakalan, Kabupaten Solok, Sumbar. Ia merupakan anak pertama dari tiga saudara dan satu-satunya anak laki-laki pasangan H. Gazahar dan Hj. Marlini. Dua adiknya yakni Yesi Irma Suryani dan Elfitra Yenti. Ia mengenyam pendidikan di SD Inpres Panyakalan (1979–1985) dan MTs Muhammadiyah Panyakalan (1985–1988).

Kehidupan keluarganya tergolong sulit secara ekonomi. Saat SD, ia sudah membantu orang tua berjualan. Sebelum berangkat sekolah, ia mengantar es ke kedai-kedai dan sore harinya bekerja di bengkel. Meski demikian, ia tetap berprestasi di sekolah.

Selepas itu, Gusrizal masuk ke Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Koto Baru, Padang Panjang (1988–1991). Di sinilah, ia mulai mendalami fikih dan ushul fikih. Tamat dari MAPK, ia sempat mengambil kuliah Jurusan Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol, tetapi hanya dua semester.

Kuliah di Universitas Al-Azhar

Pada 1992, Gusrizal Gazahar lulus sebagai penerima beasiswa Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk melanjutkan kuliah ke Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1992–1997). Di antara para guru yang memberi banyak pengaruh dalam pembentukan keilmuannya termasuk Mufti Al-Azhar Syekh Athiyah Shaqr dan Imam Masjid Al-Azhar Syekh Ismail bin Shadiq al-Adawi.

Tamat dari Kairo, Gusrizal sempat menyambung S-2 di Zamalek Institut, Mesir, tetapi hanya sampai dua semester karena krisis moneter 1998 yang menimpa Tanah Air berdampak pada ekonominya. Kelak, ia merampungkan studi magisternya di IAIN Imam Bonjol pada 2003 dan doktor di kampus yang sama pada 2022.

Aktif di MUI

Sebelum aktif di MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar duduk di kepengurusan MUI Kabupaten Solok pada 1997. Ia duduk di Bidang Fatwa pada masa kepemimpinan Rusdi Nurdin. Pada 2000, ia ditunjuk mengetuai bidang tersebut.

Selama duduk di MUI Kabupaten Solok, ia turut menggodok lahirnya beberapa peraturan daerah (perda) syariah di Kabupaten Solok, yakni Perda No. 10 Tahun 2001 tentang pandai baca Al-Qur'an, Perda No. 6 Tahun 2002 tentang busana Muslim, dan Perda No. 13 Tahun 2003 tentang pengelolaan zakat, infak, dan sedekah.

Pada 2006, ia ditarik ke kepengurusan MUI Sumbar dengan posisi yang sama, yakni sebagai Ketua Bidang Fatwa.

Memimpin Penolakan Super Blok Siloam

Pada 2013, Gusrizal Gazahar atas persetujuan Ketua MUI Sumbar Syamsul Bahri Khatib memimpin penolakan terhadap rencana pembangunan Super Blok Siloam yang meliputi rumah sakit, sekolah, dan pusat perbelanjaan di Padang. Proyek tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat dan dinilai bermasalah secara aturan, meskipun izinnya sudah disetujui oleh Wali Kota Padang Fauzi Bahar.

Lewat serangkaian demonstrasi yang diikuti berbagai organisasi masyarakat, mahasiswa, dan massa Islam yang dipimpin oleh Gusrizal, rencana pembangunan Super Blok Siloam akhirnya ditiadakan. Namun, buntut dari sikapnya, ia mengalami tekanan dalam menjalankan tugas sebagai dosen.

Mengetuai MUI Sumbar

Sejak 2015, Gusrizal Gazahar mulai memimpin MUI Sumbar. Pada masa kepemimpinannya, ia mampu membangun kepercayaan masyarakat untuk berpartisipasi dan menopang kegiatan MUI Sumbar yang tidak lagi didukung oleh anggaran dari pemerintah.

Pada 2020, ia kembali dipercaya menahkodai MUI Sumbar untuk periode kedua. Ia vokal menyuarakan sikapnya meskipun harus terkadang berseberangan dengan pemerintah, seperti menolak konsep Islam Nusantara.

Menurut dia, Islam tidak perlu diberi label apapun. Istilah Islam Nusantara membawa kerancuan, sebab jika Islam Nusantara didefenisikan sebagai Islam yang toleran tidak seperti Islam Timur Tengah, maka ajaran Islam secara tidak langsung dituduh sebagai pemicu lahirnya sikap radikal dan tindakan kekerasan.

Mendorong Ulama Basurau

Di luar aktivitasnya di MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar juga mengajar di beberapa perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama, setelah SK pengangkatannya sebagai PNS pada 1999. Di antaranya, ia pernah mengajar di STAIN Kerinci, IAIN Imam Bonjol Padang, dan IAIN Bukittinggi. Namun, pada Maret 2018, ia memilih mengundurkan diri lantaran ingin fokus menjalankan tugas-tugas keumatan baik di MUI maupun dakwah.

Ia mendorong ulama kembali basurau, yakni memfungsikan kembali surau sebagai basis pembinaan umat. Gagasan itu ia mulai sendiri lewat Surau Buya Gusrizal Gazahar yang ia bangun bersama jemaah kajiannya di Bukittinggi.

Di surau tersebut, ia memberi kajian rutin dengan tema akidah, akhlak, sirah Nabawiyah, dan fikih ibadah. Ia juga mengisi kajian rutin di Padang, Payakumbuh, dan Sungayang. Di luar itu, ia masih memenuhi undangan, tetapi dalam jumlah terbatas.

Buya Gusrizal menikah pada 2000 dengan Yanti, yang ia kenal sewaktu berkuliah di Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang. Mereka memiliki dua orang anak, Rayhan Adzkari, dan Faiqa Dzakira. [den]

Baca Juga

Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Masjilid Haram awal abad ke-20
Abdul Malik Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Aktif di Politik dan Pers
Umar Bakri adalah seorang ulama Minangkabau yang berkiprah di bidang pendidikan dan dakwah serta sempat duduk di Konstituante
Buya Umar Bakri, Tokoh Perti Asal Pariangan yang Duduk di Konstituante
Ahmad Khatib Datuk Batuah adalah seorang guru agama dan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) terkemuka di Sumatra Barat pada awal abad ke-20.
Ahmad Khatib Datuk Batuah, Dari Sarekat Islam ke PKI
Fauziah Fauzan El Muhammady adalah seorang guru yang sejak 2003 memimpin perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Fauziah Fauzan El Muhammady, Pemimpin Diniyyah Puteri
Abdul Hamid Hakim adalah seorang ulama bidang fikih dan pemimpin Thawalib Padang Panjang.
Abdul Hamid Hakim, Ulama Ahli Fikih dan Pemimpin Thawalib Padang Panjang