Fauziah Fauzan El Muhammady, Pemimpin Diniyyah Puteri

Fauziah Fauzan El Muhammady adalah seorang guru yang sejak 2003 memimpin perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Fauziah Fauzan. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Fauziah Fauzan El Muhammady adalah seorang guru yang sejak 2003 memimpin perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Ia pernah tercatat sebagai pengurus MUI Padang Panjang.

Pada masa kepemimpinannya, gedung pertemuan Diniyyah Puter menjadi tempat Ijtima MUI se-Indonesia, tepatnya pada Februari 2009, yang menghasilkan beberapa fatwa, di antaranya larangan merokok dan larangan golput.

Kehidupan Awal

Zizi, demikian sapaan akrabnya, lahir di Padang, Sumatra Barat pada 5 Januari 1971. Ia merupakan anak dari Fauzan Misra el-Muhammady dan Huda Hanum. Mereka adalah pegawai Kementerian Agama (Kemenag) yang sama-sama menjadi dosen IAIN Imam Bonjol Padang.

Sang ayah pernah menjabat Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Sumatra Barat (1992–1996). Kakeknya dari pihak ibu, Hasnawi Karim, juga pernah menjadi Kepala Kanwil Kemenag Sumbar (1974–1984).

Zizi menempuh pendidikan di Diniyyah Puteri Padang Panjang dari jenjang sekolah dasar hingga Diniyyah Menengah Pertama (setingkat SMP). Setelah itu, ia masuk ke SMA Negeri 2 Padang. Ia meraih gelar sarjana akuntansi dari Universitas Padjadjaran pada 1998 dan magister dalam bidang yang sama dari Universitas Indonesia pada 2003.

Memimpin Diniyyah Puteri

Segera setelah merampungkan S-2, Fauziah Fauzan pulang ke Padang Panjang untuk melanjutkan roda kepemimpinan Diniyyah Puteri. Fauziah menawarkan sejumlah gagasan bagi kemajuan di Diniyyah Puteri dalam menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman.

Di antara upayanya termasuk mendirikan sejumlah divisi otonom penunjang proses pendidikan. Divisi-divisi tersebut memiliki program di berbagai bidang, termasuk pengembangan teknologi dan informasi.

Fauziah juga mendorong transformasi manajerial pondok pesantren ke arah kolektif, sehingga kemajuan pesantren tidak lagi tergantung pada kehendak dan kecenderungan pimpinan.

Langkah-langkah lainnya yang ia ambil dalam memajukan perguruan ia tulis dalam buku setebal hampir 500 halaman berjudul Kita Harus Berubah pada 2013.

Penghargaan dan Aktivisme

Kontribusi Fauziah Fauzan memajukan pendidikan lewat kepemimpinannya di Diniyyah Puteri membuatnya dinobatkan sebagai penerima penghargaan “Top 50 Leader Of The Year” dari Indonesia Achievement Center pada 2013.

Sebelumnya, pada 2007, ia mendapat Anugerah Citra Wanita Pembangunan Indonesia dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Indonesia Meutia Hatta.

Baca juga: Isnaniah Saleh, Penerus Perjuangan Rahmah El Yunusiyah

Fauziah telah melanglang buana ke berbagai perguruan tinggi luar negeri di Eropa, Asia dan Australia untuk memperkenalkan model pendidikan Islam.

Ia juga aktif sebagai anggota organisasi internasional yang fokus pada masalah pendidikan, seperti Comparative and International Education Society (CIES) dan The National Association for the Education of Young Children (NAEYC).

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah