Suluah.com – Haroen El-Ma’any adalah seorang ulama Indonesia ahli ilmu falak. Ia merupakan tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumatra Barat (Sumbar) periode 1962–1964.
Ia juga berkiprah di dunia pendidikan dengan mengajar di Kulliyatul Muballighin Padang Panjang dan Universitas Muhammadiyah Sumbar (UMSB). Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Ilmu Agama dan Dekan Fakultas Tarbiyah UMBSB.
Kehidupan Awal
Haroen El-Ma’any berasal dari Kurai Taji, Pariaman. Tidak ada catatan mengenai pendidikan formal yang ia tempuh. Namun, penulis Sadri Chaniago mencatat, Haroen El-Ma’any semasa kecil pernah menempuh pendidikan di sekolah kesenian. Lantaran itu, ia kelak terkenal sebagai salah seorang penyanyi lokal.
Selanjutnya, Haroen El-Ma’any memutuskan untuk mendalami ilmu agama Islam dengan belajar secara halaqah di surau. Pada usia 25 tahun, ia dipercaya memimpin perguruan “Chadijah School” di Kurai Taji, Pariaman. Selain itu, menurut catatan Fikrul Hanif Sufyan, Haroen El-Ma’any juga pernah mengajar di Surau Paninjauan.
Aktivisme di Muhammadiyah
Sejak muda, Haroen El-Ma’any telah bergabung dengan Muhammadiyah. Pada 1936, ia mulai mulai mengabdi sebagai guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah terkemuka di Padang Panjang, yakni Kuliyatul Mubalighin.
Setelah tak menjadi ketua, ia duduk di PW Majlis Pendidikan dan Kebudayaan Muhammadiyah Sumbar (1958–1962), dan PW Majelis Tarjih Muhammadiyah Sumbar (1975–1978).
Sadri Chaniago menyebut Haroen El-Ma’any memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti bahasa Inggris, stenografi, ilmu falaq, dan al-jabar. Tak heran, Buya Hamka pernah menyanjung ulama ini dengan gelar “kamus berjalan”
Pada 1950, Haroen El-Ma’any memegang tampuk pimpinan KM. Bahkan, ketika Kuliyatul Mubalighin dan Kuliyatul Mubalighat dilebur menjadi satu ke dalam Sekolah Guru Agama Atas (SGAA) Muhammadiyah, ia tetap dipercaya untuk menjadi kepala sekolahnya
Selain di Kuliyatul Mubalighin, ia juga mengajar UMSB yang berdiri pada 1 September 1964. Di universitas tersebut, ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Agama (1965) dan Dekan Fakultas Tarbiyah (1969)
Ketokohan
Menurut Sadri Chaniago, Haroen El-Ma’any memiliki pendirian yang kokoh dan konsisten. Ia pantang minta tolong kepada orang lain selagi ia mampu untuk melakukannya sendiri. Ia juga dikenal gemar membaca berbagai literatur dalam berbagai jenis bahasa, yaitu: bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Perancis.
Para tokoh dan umat Islam di Sumbar mengakui Haroen El-Ma’any sebagai pribadi yang memiliki pendirian yang teguh dan bertanggung jawab terhadap tugas yang ia emban.
Dalam memberikan fatwa, ia memiliki pandangan yang luas. Pendapatnya selalu ditunggu-tunggu dalam sidang Majelis Tarjih Muhammadiyah, baik di tingkat wilayah maupun di tingkat pusat. Bila ia telah mengemukakan pendapat dan buah pikirannya dalam sidang, maka permasalahan yang menjadi perdebatan akan segera tuntas.
Baca juga: Abdul Malik Ahmad: Ulama dan Politikus Partai Masyumi
Ketokohan dan pengabdian Haroen El-Ma’any mendapat pengakuan dari pemerintah daerah. Pada 17 Agustus 1985, Gubernur Sumbar memberinya Piagam Penghargaan selaku “Jasawan dalam Bidang Agama”.
Ia meninggal dunia pada tanggal 18 November 1987 dalam usia 81 tahun . Untuk mengenang kiprah dan jasanya, namanya diabadikan sebagai nama pusat Tahfiz Al-Quran di Madrasah Kulliyatul Mubalighin Muhammadiyah (MKMM) Padang Panjang. [den]