J.S. Khairen, Novelis dengan Berjibun Karya Lintas Genre

Jombang Santani Khairen adalah seorang novelis Indonesia. Mulai menulis novel sejak 2013, ia memperoleh popularitasnya pada 2019 lewat Kami (Bukan) Sarjana Kertas.

Jombang Santani Khairen adalah seorang novelis Indonesia. Mulai menulis novel sejak 2013, ia memperoleh popularitasnya pada 2019 lewat Kami (Bukan) Sarjana Kertas. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Jombang Santani Khairen adalah seorang novelis Indonesia. Karyanya mencakup lintas genre berupa petualangan, drama, satir politik, horor, dan fantasi.

Mulai menulis novel sejak 2013, ia memperoleh popularitasnya pada 2019 lewat Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Novel itu merajai puncak buku terlaris di Gramedia se-Indonesia pada hari-hari pertama terbit dan sudah belasan kali cetak ulang hingga kini.

Profil J.S. Khairen

Jombang, demikian sapaan akrabnya, lahir di Kota Padang, Sumatra Barat pada 23 Januari 1991. Ayahnya, Khairul Jasmi adalah seorang wartawan senior yang pernah menjadi pemimpin redaksi Harian Singgalang, sementara sang ibu, Enizar, bekerja sebagai guru di MAN 1 Padang.

Pendidikannya ia tempuh di SD Adabiah 2, SMP Negeri 5 Padang, dan SMA Negeri 10 Padang. Kemampuan menulisnya ia asah sejak SMA. Selain ditempa oleh ayahnya sendiri, ia belajar kepada cerpenis Yusrizal KW.

Pada 2009, Jombang Santani Khairen memulai studinya di Manajemen Universitas Indonesia (UI). Selama di kampus, ia aktif dalam dunia penulisan ilmiah dan jurnalistik, yang mengantarnya menjadi salah seorang lulusan fakultas terbaik saat diwisuda pada 2014.

Awal Karier

Setelah lulus, Jombang Santani Khairen bekerja sebagai asisten pribadi Rhenald Kasali dan mengabdi di Rumah Perubahan yang didirikan dosennya tersebut. Selanjutnya, ia menggeluti industri kreatif dengan bekerja di Kilau Production (2017–2019) dan layanan streaming video milik Gojek, Goplay (2019–2021),

Selain itu, ia pernah menekuni dunia peran dengan menjadi aktor utama dalam film Humba Dreams garapan sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana yang tayang pada 2019.

Karya J. S. Khairen

Jombang Santani Khairen meneruka jalannya sebagai penulis novel tanpa bersandar pada nama besar sang ayah. Naskahnya pernah berkali-kali ditolak oleh penerbit.

Sebelum terkenal lewat Kami (Bukan) Sarjana Kertas (2019), ia sudah menulis beberapa novel, yakni Karnoe (2013), Bunda Lisa (2014), 9 Keping Surat (2016), dan Rinduku Sederas Hujan Sore Itu (2017). Ia juga menulis trilogi di bawah judul 30 Paspor di Kelas Sang Profesor (2014–2016).

Kami (Bukan) Sarjana Kertas (2019) menjadi pembuka dari pentalogi Kami (Bukan). Seri itu disusul dengan Kami (Bukan) Jongos Berdasi (2019), Kami (Bukan) Generasi Bac*t (2020), Kami (Bukan) Fakir Asmara (2021), dan Kami (Bukan) Kelas Menengah Ngehe (akan terbit).

Kami (Bukan) Sarjana Kertas laris di pasaran, bahkan sejak pra-penjualan. Hingga Mei 2022, novel tersebut telah 14 kali cetak ulang.

Novelis Lintas Genre

Pada 2020, Jombang Santani Khairen menelurkan novel bergenre fantasi Melangkah, hasil beasiswa Residensi Penulis yang ia terima tahun sebelumnya dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia.

Berikutnya pada 2021, ia menerbitkan kumpulan cerpen Hal yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku. Pada 2022 ini, ia hadir dengan tiga novel anyar, yakni Kado Terbaik, Bungkam Suara, dan Sengketa Mayat (2022).

Semula, Jombang menulis novel di tengah kesibukannya bekerja. Ia mencurahkan waktu selama 2-3 jam sehari untuk menulis, umumnya selepas Subuh.

Baca juga: Heru Joni Putra, Sastrawan Muda dari Ranah Minang

Sejak 2021, ia memilih fokus menjadi novelis penuh waktu, meski sesekali meladeni permintaan beberapa rekannya menjadi konsultan kreatif.

Saat ini, ia tinggal di Jakarta bersama istrinya, Nur Azizah Apriani Mubarokah. Mereka memiliki seorang putri bernama Arunika Manggopoh Ziren dan seorang putra bernama Tan Nayaka Ziren. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah