Masjid Usang Koto Marapak, Bertahan Meski Ditinggalkan

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata.

Masjid Usang Koto Marapak. [Foto: Rahmatdenas]

Suluah.com – Masjid Usang Koto Marapak terletak di Jorong Koto Marapak, Nagari Lambah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar). Masjid ini sudah tidak digunakan dan kondisinya memprihatinkan.

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata. Atapnya terbuat dari seng berupa limas berundak-undak sebagaimana umumnya atap masjid kuno di Minangkabau.

Sejarah

Kehadiran masjid di Minangkabau pada masa lampau tak terlepas dari sejarah nagari tempatnya berada. Begitu pula dengan Masjid Usang Koto Marapak yang terdapat di wilayah Nagari Lambah.

Pada umumnya, setiap nagari memiliki masjid utama yang menjadi pusat kegiatan keagamaan oleh masyarakat. Bahkan, salah satu syarat berdirinya nagari adalah keberadaan masjid.

Masjid Usang Koto Marapak dibangun pada awal abad ke-20. Silvia Galikano dalam blognya menulis, terdapat enkripsi di bidang kayu pada atap masjid bertuliskan angka 1319 Hijriyah atau tahun 1901/1902. Tahun tersebut diduga tahun pembangunan masjid.

Masih dalam blog Silvia Galikano, enkripsi yang sama juga menulis nama dua ulama pendiri masjid, yakni Majo Indo bergelar Tuanku Nan Setia dan Tuanku Nan Basar.

Masjid ini merupakan salah satu pusat kegiatan ibadah masyarakat Nagari Lambah, khususnya Koto Marapak. Namun, memasuki era 1970-an, peran masjid ini mulai berkurang karena adanya masjid baru yang berdekatan lokasinya.

Arsitektur

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata.

Ruang salat. [Foto: Rahmatdenas]

Sebagaimana masjid kuno umumnya di Minangkabau, tipologi bangunan Masjid Usang Koto Marapak masih berupa rumah panggung. Banguan induknya, yang berfungsi sebagai ruang salat, berdenah persegi dengan dinding, tiang, dan papan terbuat dari kayu.

Ada sembilan tiang pada bangunan induk. Tiap-tiap tiang berhiaskan ukiran corak pucuk rebung pada bagian bawah dan atas.

Dinding bangunan tidak tegak lurus, melainkan miring sekitar 5 derajat terhadap permukaan tanah. Di dinding ini terpasang 20 jendela, masing-masing memiliki dua daun jendela yang membuka ke dalam.

Selain bangunan induk, terdapat bangunan tambahan di sisi yang berseberangan dengan mihrab. Bangunan ini berfungsi sebagai beranda, yakni ruang peralihan sebelum masuk ke ruang salat.

Uniknya, beranda ini berdiri di atas kolam layaknya jembatan. Kolam itu sendiri berfungsi sebagai tempat wudu. Jadi, jemaah yang akan berwudu harus menuruni tangga beranda.

Mihrab Muazin

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata.

Mihrab muazin (sebelah kiri pada foto) yang sudah ambruk. [Foto: Rahmatdenas]

Masjid ini memiliki mihrab yang menjorok keluar dengan berukuran 4 x 4 m. Di atasnya, ada lagi mihrab yang dibuat tinggi, bernama mihrab muazin.

Mihrab muazin menempel di atas atap mihrab utama. Ruangannya memiliki denah persegi delapan dengan jendela di tiap sisinya. Mihrab muazin memiliki atap berupa kubah dengan tritisan sekelilingnya.

Ada tangga untuk naik ke mihrab muazin berupa ruang sempit berbentuk silinder. Dahulu ketika belum ada pengeras suara, sebagaimana ditulis oleh Silvia Galikano, lima kali sehari muazin mengumandangkan azan di sini.

Ada tiga hingga empat muazin yang bertugas. Mereka saling berpunggungan mengumandangkan azan secara serentak ke arah yang berbeda.

Sayangnya, saat ini, mihrab muazin berikut kubahnya sudah ambruk menembus lantai dan tapak tanah di bawahnya.

Kondisi Saat ini

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata.

Beranda masjid. [Foto: Rahmatdenas]

Saat ini, Masjid Usang Koto Marapak tidak lagi digunakan. Aktivitas ibadah maupun kegiatan agama masyarakat sudah dipusatkan di masjid baru, yakni Masjid Jamik Baru Koto Marapak yang rampung pada awal 1970-an.

Baca juga: Masjid Ummil Qura, Masjid Tua Beratap Payung Terkembang

Secara umum, Masjid Usang Koto Marapak masih berdiri tegak. Namun, beberapa kayu pada tiang maupun papan lantai banyak yang lapuk.

Belum ada perbaikan yang berarti pada masjid ini. Masyarakat setempat berharap ada bantuan renovasi atau pemeliharaan dari pemerintah. Pasalnya, untuk memperbaikinya, butuh biaya yang sangat besar. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Masjid Raya Ganting
Masjid Raya Ganting, Riwayat Karya Arsitektur Buah Keberagaman Kota Padang
Masjid Jamik Sungai Jariang terletak di Jorong Sungai Jariang, Nagari Koto Panjang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Masjid Jamik Sungai Jariang Berusia Seabad Berkubah Kuning Cemerlang
Tabuah masih dapat kita jumpai hingga sekarang, terutama di surau atau masjid tua di Sumatra Barat
Tabuah di Minangkabau, Dari Penanda Waktu Salat Hingga Perang
Buchari Tamam adalah seorang ulama, pengajar, dan aktivis dakwah Indonesia. Bersama Mohammad Natsir, ia ikut mendirikan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Buchari Tamam, Aktivis DDII dan Rektor IAI Al-Ghurabaa
Surau Ilia Binaul Iman di Nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Surau Ilia Binaul Iman Koto Gadang