Suluah.com – Zukri Saad adalah aktivis Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Indonesia. Sososknya tak dapat dipisahkan dari gerakan masyarakat sipil di Sumatra Barat (Sumbar)
Saat ini, ia menjabat sebagai senior advisor PT Indonesia Power yang bergerak di bidang pembangkitan listrik berbasis biomassa.
Kehidupan Awal
Uwan Sukri, demikian sapaan akrabnya, lahir pada 5 November 1955 di Nagari Kubang Putiah, Kabupaten Agam, Sumbar. Ia merupakan anak kedelapan dari 13 bersaudara pasangan Saad Malik dan Syamsidar.
Ayahnya, bersuku Simabur, dikenal sebagai seorang khatib. Adapun ibunya bersuku Piliang. Sang ayah merupakan putra dari Syekh Abdul Malik, seorang ulama ahli hadis. Salah seorang saudara ayahnya yakni Prof. DR. Muhammad Abduh, dosen emeritus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saad Malik merantau ke Padang jelang terjadinya pergolakan Pemerintahan Prepublik Revolusioner Indonesia (PRRI) pada 1958, lalu beralih profesi menjadi pedagang barang pecah belah dengan membuka toko di Pasar Kampung Jao (Pasar Raya Padang sekarang).
Zukri Saad menamatkan pendidikan SD Negeri 33 Rawang Barat, SMP Negeri 3 Padang, dan SMA Negeri Padang. Setelah itu, ia masuk ke Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).
Aktivisme Zukri Saad
Di kalangan mahasiswa, Zukri Saad dikenal sebagai organisatoris yang mampu menggerakkan sejumlah inisiatif mahasiswa, termasuk memperkenalkan teknologi tepat guna sebagai stimulan kepada masyarakat.
Ia juga aktif sebagai Ketua Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB (1979–1980) yang kritis terhadap kebijakan Orde Baru.
Begitu tamat, ia mencurahkan perhatiannya pada isu lingkungan hidup dengan bergabung di WALHI pada 1989. Di lembaga ini, ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif (1992–1996).
Aktivisme di Walhi membuat ia kerap mengunjungi berbagai pelosok Nusantara serta mengikuti bermacam pelatihan di berbagai negara.
Selain di WALHI, Zukri Saad malang melintang di berbagai LSM. Setidaknya, ia tergabung dalam dewan pendiri, pengurus, pembina, dan pengawas 14 LSM dalam kurun waktu 2000 hingga 2010.
Ia juga pernah bekerja untuk Bank Dunia dalam Proyek Percontohan Kecamatan Development Funds (1998–2004) dan memimpin proyek rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan nelayan pasca-tsunami Aceh di Lhoksukon (2005–2007).
Belakangan, ia menjadi konsultan CSR dan resolusi konflik berbagai perusahaan, yakni PT INCO Tbk (2007–2010), PT VALE Tbk. (2007–2010), PT Makin Group Tbk (2010–2013), PT Reswara Group (2013–2015), dan PT SMART Tbk (2015–2020).
Kiprah dan Karya
Sebagai tokoh Minang, Zukri Saad merupakan Ketua Yayasan Banuhampu Bandung (1978–2006), Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan INS Kayutanam (1984–1988), dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Minang Bandung untuk Indonesia (2012–2017).
Bersama Irman Gusman, Musliar Kasim, dan Hasril Chaniago, ia juga menggerakkan Koperasi Ekuator Minang Media yang menerbitkan harian Mimbar Minang (1999–2006).
Gagasan dan pemikiran Zukri Saad terutang dalam sejumlah buku yang ia tulis, di antaranya Inspirasi (2001), Imajinasi Sosial (2002), Partai Lokal (2003), Menjemput Masa Depan (2005), dan Menyimak Pengalaman Oita (2012).
Sebagai pengakuan atas dedikasinya, ia mendapat anugerah Satya Lencana Kepedulian Sosial dari pemerintah pada 2013. Di tingkat internasional, ia pernah mendapat beasiswa Ashoka Foundation sebagai wirausaha sosial (1986–1990) dan menjadi fellow panel sejak 2000.
Kehidupan Pribadi
Zukri Saad yang telah mengunjungi 79 negara selama hidupnya ini menikah dengan Irina Mastri Chairani Harahap. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, yakni Jaka Kelana Putra, Rindu Aninditha Putri, dan Dana Putra Kembara.
Saat ini, ia bersama keturunan Syekh Abdul Malik lainnya sedang mengupayakan pendirian yayasan keluarga yang akan menaungi pesantren khusus ilmu hadis di daerah Gobah, Nagari Ladang Laweh, Kabupaten Agam, Sumbar. [den]