Suluah.com – Prof. dr. H. Hasan Basri Saanin Datuk Tan Pariaman atau H.B. Saanin adalah seorang ahli psikiatri Indonesia. Ia berjasa dalam memperjuangkan layanan kesehatan jiwa di Sumatra Barat (Sumbar).
Sebagai dokter psikiatri, ia malang melintang bertugas di beberapa rumah sakit Sumbar. Puncak kariernya, ia menjadi Direktur RSJ Cisarua sejak 1961 hingga 1981.
Kehidupan Awal
H.B. Saanin lahir di Kayu Kalek, Nagari Kambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar pada 9 Juni 1917. Ia adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ia menyelesaikan pendidikan SD di Nagari Lasi, Kabupaten Agam. Setelah itu, ia masuk Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Bukittinggi.
Semula, H.B. Saanin bercita-cita menjadi ahli hukum. Namun, ia akhirnya masuk ke Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS), sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Surabaya.
Akibat pendudukan Jepang, NIAS terpaksa tutup. H.B. Saanin akhirnya menjadi mahasiswa Ika Daigaku Jakarta (bekas School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) yang kelak menjadi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI).
Karier H.B. Saanin
H.B. Saanin meraih gelar dokter dari Ika Daigaku pada 27 November 1945. Ia memulai keriernya sebagai pegawai di Laboratorium Eijkman Jakarta pada 1 Desember 1945.
Sejak 1947, ia bertugas di Koloni Orang Sakit Djiwa (KOSD) Ulu Gadut. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I, pasien KOSD diungsikan ke Rumah Sakit (RS) Sawahlunto dan ia ikut dipindahkan di sana.
Selama di Sawahlunto, H.B. Saanin menjadi dokter di Tambang Batu Bara Ombilin dan Kepala Sekolah Juru Rawat.
Setelah itu, H.B. Saanin tercatat sempat memimpin RS Bukittinggi (1948–1949) dan RS Sawahlunto (1949–1957)
Pada 1954, ia memimpin pembangunan ulang dan pemugaran KOSD Ulu Gadut yang rusak dan pemindahan kembali pasien ke Padang.
Dari 1957 hingga 1959, ia menjabat sebagai Pengawas Kepala Jawatan Kesehatan Provinsi Sumatra Tengah di Padang.
H.B. Saanin di Bandung
Sejak 1959, ia bertugas sebagai dokter di RS Rancabadak Bandung (kini RS Hasan Sadikin). Di RS tersebut, ia pernah menjadi menjadi Kepala Bagian Penyakit Jiwa.
Pada 1961, ia juga diangkat menjadi Direktur RSJ Bandung. Ia menjabatnya selama total 28 tahun hingga 1981.
Selain bertugas sebagai dokter, H.B. Saanin menjadi sebagai dosen luar biasa di FK Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung sejak 1964. Ia diangkat sebagai lektor kepala pada 1973 dan guru besar bidang psikiatri pada 1978.
Di dunia profesi, ia aktif di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat. Ia termasuk gigih membela para sejawat yang dituduh melakukan malapraktik.
Ia juga menulis buku berjudul Psikiater dan Pengadilan: Psikiatri Forensik Indonesia pada 1976.
Meninggal Dunia
H.B. Saanin mengembuskan napas terakhir di RS Hasan Sadikin Bandung pada 18 Maret 1988. Ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
Sebelumnya, ia sempat menjalani perawatan selama sembilan hari di RS karena menderita penyakit liver, paru-paru, ginjal, dan pendarahan di usus.
Saat di RS, ia sempat mengalami muntah darah akibat pendarahan di usus. Operasinya ditangani oleh ahli bedah, dr. Warko Karnadihardja.
Baca juga: Dokter Idris Idham, Ahli Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Denny Thong dalam bukunya Memanusiakan Manusia (2011) mencatat H.B. Saanin sebagai sosok bersemangat tinggi, disiplin, dan sangat menyayangi keluarga.
Pemerintah Provinsi Sumbar mengabadikan namanya sebagai nama Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Padang, yakni RSJ H.B. Saanin. [den]