Kisah Rukmini Zainal Abidin, Pendiri Apotek Tunggal

Rukmini Zainal Abidin adalah pendiri Apotek Tunggal di Salemba, Jakarta pada tahun 1951 yang menjadi apotek milik orang Indonesia pertama.

Rukmini Zainal Abidin.

Suluah.com – Nama Rukmini Zainal Abidin tak asing di dunia industri farmasi Indonesia. Ia adalah pendiri Apotek Tunggal di Salemba, Jakarta pada tahun 1951 yang tercatat sebagai apotek milik orang Indonesia pertama.

Saat ini, Tunggal menjelma menjadi perusahaan farmasi dengan nama Tunggal Idaman Abdi. Perusahaan tersebut memiliki reputasi internasional dan menjadi mitra berbagai perusahaan multinasional. Berikut profilnya.

Kehidupan Awal

Rukmini Zainal Abidin lahir di Padang pada 23 Februari 1924 sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Djalil, seorang saudagar kain batik di Pekalongan.

Rukmini mengenyam pendidikan dasar di Bukittinggi. Saat kecil, ia kerap dibawa ayahnya, Abdul Djalil, ke sebuah apotek milik dokter asal Jerman.

“Ciumlah hawa apotik ini. Isaplah dalam-dalam. Enak, bukan?” kata sang ayah kepadanya. Kenangan itu membekas di benak Rukmini hingga dewasa.

Tamat SD, ia masuk SMP di Pekalongan dan SMA di Jakarta. Sembari sekolah, ia sudah membantu sang ayah mengurusi perdagangan. Setelah itu, ia masuk ke Perguruan Tinggi Farmasi (Ika Daigaku) yang kini menjadi bagian Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI).

Rukmini Zainal Abidin memiliki hobi membaca. Setiap waktu luang menunggu mulai kuliah, ia pergi ke perpustakaan pribadi Bung Hatta. Kebetulan, Bung Hatta adalah pamannya.

Di perpustakaan tersebut, Rukmini mengurusi buku-buku koleksi sang paman, seperti menata buku. Sebagai upahnya, ia diperbolehkan meminjam sebuah buku setiap minggu.

Menjelang akhir kuliahnya, ia magang di apotek Rumah Sakit Salemba, sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Di sinilah, Rukmini berkenalan dengan Zainal Abidin, seorang anak dokter asal Sawahlunto kelahiran 29 Desember 1914.

Merintis Bisnis Bersama Suami

Lampiran Gambar

Rukmini Zainal Abidin dan suami, Zainal Abidin.

Pada 1948, Zainal Abidin menikahi Rukmini. Pasangan ini tinggal di sekitar Jalan Taman Kimia, Menteng, Jakarta Pusat.

Pada tahun 1951, Rukmini merintis Apotek Tunggal di bawah PT Tunggal dengan dukungan modal dari ayahnya, Abdul Djalil. Tunggal tercatat sebagai apotek milik orang Indonesia pertama.

Sementara itu, sang suami mendirikan pabrik farmasi bernama PT Abdi. Pabrik tersebut menjadi pabrik farmasi milik orang Indonesia pertama.

Zainal Abidin menjadi suami sekaligus mitra kerja bagi Rukmini. Setiap persoalan pekerjaan mereka bahas bersama, baik itu persoalan PT Tunggal maupun PT Abdi.

Pada tahun 1970, ketika Indonesia baru mulai membangun ekonomi, Rukmini Zainal Abidin telah menjadi seorang pengusaha farmasi yang disegani dengan reputasi internasional.

Kiat Bisnis

Almitra Indira Abidin

Almitra Indira Abidin, generasi penerus kedua Tunggal, bisnis keluarga yang bergerak di bidang industri farmasi.

Dalam menjalankan bisnis, Rukmini bermitra dengan sejumlah perusahaan obat luar negeri sehingga Tunggal mendapat kepercayaan untuk memproduksi berbagai jenis obat dari perusahaan Bayer, Farbwerke Hoechst, dan La Petit.

Peralihan kepemimpinan nasional dari Sukarno ke Soeharto semakin membuka peluang masuknya investasi modal asing ke Indonesia, termasuk perusahaan farmasi yang ia jalankan.

Pada 9 September 1970, Presiden Soeharto meresmikan pabrik milik Rukmini yang di antaranya memproduksi antibiotik. Sembilan tahun kemudian, Tunggal bekerja sama dengan Beecham Group memproduksi bahan baku antibiotik.

Pada awal dekade 1990-an, ia telah mempunyai seribu karyawan yang bekerja di berbagai perusahaan farmasi miliknya. Sebagai pemimpin, figur Rukmini tampak menonjol. Ia terkenal ulet, terampil, dan cekatan.

Baca juga: Tunggal, Apotek Pertama di Indonesia

Memasuki tahun 2000, Rukmini Zainal Abidin secara bertahap mulai menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan bisnisnya kepada sang anak, yaitu Almitra Indira Abidin.

Rukmini meninggal di Jakarta dalam usia 91 tahun. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada 3 Januari 2016. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah