Fachry, Anak Buya Hamka yang Bergelut di Dunia Perfilman

Fachry Hamka adalah seorang wartawan dan pemain film Indonesia. Ia merupakan putra dari Buya Hamka. Salah satu karya terkenalnya yakni film Para Perintis Kemerdekaan (1977).

Fachry Hamka. [Foto: Ist.]

Suluah.com – Fachry Hamka adalah seorang wartawan dan pemain film Indonesia. Di dunia film, ia pernah melakoni berbagai posisi, mulai dari pemeran, pembantu sutradara, hingga pimpinan produksi.

Ia merupakan anak Buya Hamka. Salah satu karya terkenalnya yakni film Para Perintis Kemerdekaan (1977). Di film yang diangkat dari novel Buya Hamka tersebut, ia bertindak sebagai pemeran sekaligus pimpinan produksi.

Kehidupan Awal

Fachry Hamka atau terkadang ditulis Fakhri Amrullah merupakan anak ketiga dari sepuluh anak Hamka hasil perkawinannya dengan Siti Raham. Ia lahir pada 5 Oktober 1937

Fachry menempuh pendidikan dasar dan menengah di Jakarta. Setelah itu, ia sempat berkuliah di Fakultas Publisistik Universitas Indonesia (UI), tetapi tidak selesai.

Sebelum bergelut di dunia perfilman, ia sempat bekerja di perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Ia juga pernah menjadi wartawan.

Karier

Fachry Hamka merintis kariernya di dunia perfilman sebagai dalam pementasan drama panggung dan TV. Ia bermain film pertama kali dalam Aku Hanja Bajangan (1963), Operasi X (1968), dan Apa jang Kau Tjari, Palupi? (1969).

Setelah itu, posisinya meningkat menjadi menjadi pembantu sutradara dalam Virgin in Bali (1971) sembari bermain dalam film lainnya, termasuk Salah Asuhan (1972), Lingkaran Setan (1972), Cinta Abadi (Menara Gading) (1976). Lalu, ia menjadi pembantu unit di Timang-timang Anakku Sayang (1974) dan Cinta Abadi (1976).

Debutnya sebagai pimpinan produksi yakni pada film sejak Para Perintis Kemerdekaan (1977). Di film ini, ia sekaligus menjadi pemeran.

Sejak 1994, ai bekerja dalam pembuatan film dokumenter tentang Indonesia untuk TV asing, seperti Australia, Amerika, Inggris, dan lain-lain. Ia juga ikut bermain sinetron, seperti Tajuk (1996) dan Tirai Kasih (1997).

Fachry Hamka wafat dalam usia 70 tahun. Ia meninggalkan seorang istri, Murniati Sarjono. Salah seorang anaknya yakni Hisyam A. Fachry. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah