Kiprah Elly Kasim Melambungkan Musik Minang di Tanah Air

Elly Kasim memiliki andil besar dalam membesarkan nama-nama seniman musik Minang. Lagu-lagu yang ia bawakan eksis di Tanah Air hingga kini.

Elly Kasim.

Suluah.com – Penyanyi Minang legendaris Elly Kasim meninggal dunia pada Rabu (25/8/2021) di Rumah Sakit MMC Kuningan Jakarta. Sepanjang kariernya, ia banyak menyayikan lagu Minang yang hingga sekarang eksis di Tanah Air, bahkan di kawasan serumpun Melayu.

Elly Kasim memiliki andil besar dalam membesarkan nama-nama kondang seniman musik Minang, baik pencipta dan pemusik, maupun penyanyi dan grup musik yang berkolaborasi dengannya. Berikut profilnya.

Kehidupan Awal

Elly Kasim lahir dengan nama Elimar pada 27 September 1944 di Tiku, Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ia merupakan anak dari pasangan Ali Umar dan Emma Effendi.

Saat ia berusia setahun, orang tuanya bercerai sehingga ia harus hidup berpindah-pindah hingga remaja. Semlua, ia tinggal di Bukittinggi bersama ibunya. Setelah tamat SD, ia dibawa pindah ke Pekanbaru oleh neneknya. Terakhir, ia dititpkan ke pamannya di Jakarta untuk kuliah.

Sejak kanak-kanak, Elly Kasim telah memperlihatkan bakat menyanyi. Sementara itu, hidupnya yang jauh dari kampung halaman, kelak membentuk karakternya yang ulet dan gigih menggapai cita-cita.

Karier sebagai Penyanyi

Saat masih SMP di Pekanbaru, Elly Kasim sudah populer sebagai penyanyi, penari, dan pembaca puisi. Ia sering mengukuti lomba penyanyi untuk pelajar yang diadakan Radio Republik Indonesia (RRI) dan meraih juara pada ajang Bintang Pelajar RRI pada 1958.

Ketertarikannya terhadap musik Minang muncul saat ia menyaksikan pementasan Orkes Gumarang di Jakarta. Elly Kasim yang awalnya pindah ke Jakarta untuk menyambung kuliah memilih menekuni bakatnya di bidang tarik suara dan bergabung dengan Orkes Ganto Rio.

Sebagai penyanyi, Elly semula memakai nama lahirnya, Elimar. Bersama dengan pergantian nama Ganto Rio menjadi Kumbang Cari, ia mulai populer sebagai Elly Kasim, nama yang diberikan oleh pimpinan orkes Kumbang Cari, Nuskan Syarif.

Melalui Kumbang Cari, Elly menuai perhatian publik ibu kota ketika mengadakan konser tiga grup musk Minang di Jakarta, bersama orkes Osria pimpinan Oslan Husein dan orkes Gumarang pimpin Asbon Majid. Pada 1961, Kumbang Cari mengantar Elly untuk kali pertama masuk dapur rekaman dan sekaligus melambungkan nama Elly Kasim sebagai penyanyi Minang.

Elly termasuk artis Indonesia yang pertama kali go international. Pada 1967, ia diminta rekaman oleh Philips Record Singapura dan Hong Kong. Pada 1978, bersama suaminya, Nazif Basir, ia membawa kesenian Minang dan Indonesia tur ke luar negeri.

Kekhasan Suara Elly Kasim

Menurut seniman Minang Agusli Taher dalam bukunya Perjalanan Panjang Musik Minang Modern, Elly Kasim memiliki teknik tersendiri dalam bernyanyi. Kekhasan suaranya terletak pada vibrasi berulang di ujung-ujung lagu. Hal ini identik dengan geletek jari peniup saluang ketika membawakan lagu-lagu Minang.

Selain itu, Elly Kasim gandrung memoles lagu sebelum ia nyanyikan. Walaupun tak tahu not dan tak pandai menulis syair lagu, ia piawai dalam menciptakan melodi lagu. Berbeda dengan kebanyakan artis penyanyi yang pada umumnya menuruti keinginan pemusik dan pencipta lagu. Elly suka mempreteli lagu-lagu dengan melodinya sendiri.

Lewat tarikan suaranya, lagu "Mudiak Arau", "Tambilang Tanti Batanti", dan "Sinar Riau" telah memikat hati penikmat musik Minang baik di Tanah Air maupun di kawasan serumpun Melayu.

Baca juga: Orgen Tunggal vs Nasyid untuk Baralek?

Dalam menjaga kualitas suaranya, Elly Kasim punya sifat perfeksionis. Sekalipun semua orang bilang hasil rekamannya sudah bagus, tapi kalau ia merasa belum puas, maka Elly akan mengulangi rekaman, biar sampai beasan kali.

Hingga usia senja, Elly Kasim cakap merancang keawetan pamor dan citranya. Bahkan, ia aktif menjalankan bisnis usaha pelaminan dan sanggar seni yang berdedikasi mengangkat kekayaan adat Minang. (den)

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah